Senin, 23 Mei 2016



PENDIDIKAN ISLAM DI EROFAH

Oleh: H.AHMAD AINANI

A.   Pendahuluan

1.       Latar Belakang
Sejak keruntuhan Islam di spanyol (Andalusia) Bagi kaum muslimin, negeri Andalusia adalah sepenggal kenangan yang selalu hinggap dalam ingatan. Kenangan tentang betapa kaum muslimin dan risalah Islam yang dibawanya, pernah menguasai sebuah wilayah di benua Eropa selama kurang lebih 800 tahun atau 8 abad lamanya. Sebuah rentang waktu yang cukup lama, dan meninggalkan kesan yang cukup mendalam.
Andalusia, negeri indah dan eksotis, tunduk dalam pemerintahan Islam dari tahun 92 H/711 M hingga tahun 797 H/1492 M. Kekhilafahan Islam dan dinasti-dinasti kaum muslimin, berhasil mengubah wilayah di daratan Eropa itu menjadi simbol kegemilangan peradaban dan kekuatan kaum muslimin. Umat Islam mengisinya dengan tinta emas kejayaan dan keunggulan peradabannya. Ketika wilayah Andalusia, yang saat ini terletak di Spanyol dan sebagian kecil Portugal berada di bawah kekuasaan kaum muslimin, jejak-jejak kecermelangan peradaban mereka menjadi rujukan bangsa-bangsa Eropa. Bangunan-bangunan dengan estetika dan kemegahan tegak berdiri. Ilmu pengetahuan dan penelitian berkembang pesat. Para sejarawan yang meneliti negeri Andalusia banyak menceritakan bagaimana umat Islam yang bercokol di wilayah itu berhasil memberikan sumbangsih bagi ilmu pengetahuan ke segala penjuru Eropa.
Eropa merupakan Benua yang cukup luas, yang pada masa sekarang menjadi pusat peradaban dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju. Beberapa Revolusi yang terjadi di Eropa mempengaruhi dunia. Diantaranya adalah Revolusi Industri yang terjadi di Inggris dan disusul oleh revolusi lainnya seperti di Prancis dan di Jerman. Bahkan ketika terjadinya perang dunia I dan II yang mendominasinya adalah Eropa.
Namun jika dilihat sejarahnya dari Dark Age sampai ke zaman Renaissance bisa dikatakan Eropah dipengaruhi oleh masuknya peradaban Islam ke Andalusia ( Spanyol sekarang). Islam yang pada masa itu sedang mengalami puncak kejayaannya mencoba untuk memperluas kekuasaannya ke Benua Eropa. Ketika terjadi perang Salib, Eropa mulai menemukan titik terang. Mereka menyadari bahwa Eropa sudah sangat tertinggal jauh dari Islam. Pada akhirnya terjadi suatu zaman pencerahan atau dikenal dengan Renaissance. Mereka mulai melakukan usaha untuk merubah pola pikir akan pentingnya Ilmu pengetahuan terhadap kehidupan dunia, sehingga perkembangan di Eropa berawal dari Ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh Islam dan mereka merasa termotivasi untuk lebih maju daripada Islam.

2.      Rumusan Masalah
a.       Bagaimana Keadaan Umat Islam
b.      Bagaimana Pendidikan Islamnya


B.   Pembahasan

1.      Komunitas lslam di Jerman

Keberadaaan orang-orang Islam pertama sekali di negeri Jerman tidak terlepas dari masuknya bangsa Turki ke wilayah tersebut di akhir abad ke 17 yang merupakan respons perlawanan terhadap kolonialisme Barat. Mereka menetap dan berketurunan di wilayah tersebut. Ketika bangkitnya industri-industri di Eropah, banyak warga Muslim dari Turki dan Timur Tengah melakukan migrasi untuk mencari pekerjaan ke Eropah termasuk Jerman. Tahun 1961, 1963, dan 1965 orang-orang keturunan Turki, Maroko, dan Tunisia direkrut sebagai pekerja di Jerman atas persetujuan antara pemerintah Jerman dengan negara-negara bersangkutan. Belakangan warga Muslim dari Libanon, Palestina, Afganistan, Aljazair, Iran, Iran dan Bosnia juga datang ke Jerman mengungsi karena negara mereka dilanda perang. Karena merupakan negara maju, Jerman juga menjadi target bisnis dan pendidikan. Banyak para profesional, pebisnis, pekerja dan mahasiswa Muslim dari India, Pakistan, dan Asia Tenggara datang dan sebagian menetap di sana.
Jumlah penduduk Muslim di Jerman saat ini berkisar 3,7 juta jiwa. Mayoritas adalah keturunan Turki dengan jumlah lebih dari 2 juta orang. Tidak jelas berapa jumlah Muslim yang berasal dari Jerman sendiri. Satu laporan dari Lembaga Statistik Khusus umat Islam di Jerman menyebutkan sedikitnya 18.000-an orang, namun ada dugaan menyebutkan sekitar 40.000 orang.
a.      Konversi Agama ke Islam
Satu fenomena yang menarik belakangan bahwa tingkat konversi orang-orang Jerman ke Islam cukup tinggi. Majalah ternama Jerman Der Spiegel pernah menyebutkan bahwa antara Juli 2004 dan Juni 2005 saja terdapat sekitar 4000 orang di Jerman masuk Islam Menariknya, fenomena ini terjadi justru disaat media-media Barat gencar mengaitkan Islam dengan terorisme. Apa motivasi masuknya orang-orang Jerman ke Islam? Monika Wohlrab-Sahr dari Institut für Kulturwissenschaften Universitas Leipzig dalam studinya menyatakan “viele auf der Suche nach dem “Andersartigen” (banyak yang sedang mencari “bentuk lain”). Dalam banyak kasus, katanya. “..die Konvertiten meist aus einer vorangegangenen Lebenskrise heraus den Islam entdeckten und nicht, wie oft im Nachhinein geschildert werde, ein tatsächlicher Vergleich mit anderen Religionen stattgefunden habe. (Banyak pelaku konversi tersebut mengalami problematika kehidupan dan menemukan solusi dalam Islam, bukan karena membanding-bandingkannya dengan agama lain, sebagaimana yang kerap digambarkan). Monika menyebutkan bahwa penekanan terhadap kedisiplinan dan kepatuhan dalam Islam lebih kuat. Salah seorang muallaf menyebutkan tertarik pada Islam karena ajaran ini paling jelas merinci tuntunan hidup bagi umatnya. Ada juga yang mengakui meski Islam saat mundur dari peradaban Barat, namun ajarannya tetap relevan hingga saat ini.
b.      Kebebasan Beragama
Di Jerman, kebebasan beragama dijamin oleh Undang-Undang. Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Dasar Jerman (Grundgesetz) menyebutkan Die Freiheit des Glaubens, des Gewissens und die Freiheit des religiösen und weltanschaulichen Bekenntnisses sind unverletzlich. (Kebebasan beragama dan memiliki pandangan filosofis hidup tidak boleh diganggu). Memang belakangan terdapat beberapa kasus dimana warga Muslim mendapat diskriminasi di Jerman misalnya dalam masalah jilbab. Namun hal ini bukanlah kasus yang fenomenal dan tidak merubah kebijakan pemerintah Jerman terhadap umat Islam. Secara umum, masyarakat Jerman sangat menghargai kebebasan beragama. Sebuah survey yang pernah dilakukan Stiftung Konrad Adenauer menunjukkan bahwa dua pertiga peserta polling percaya bahwa umat Islam harus diberikan kebebasan untuk melaksanakan ajaran agama mereka.
c.       Pendidikan Islam Formal
Berbeda dengan kebanyakan negara-negara lain di Eropah, Jerman dalam perkembangan terakhir, mulai memperbolehkan pelajaran agama Islam bagi para pelajar Muslim di sekolah-sekolah umum. Biasanya pelajaran agama dilakukan orang-orang Islam secara non-formal di mesjid-mesjid atau kelompok-kelompok masyarakat. Kebijakan baru yang merupakan hasil dari penggodokan bersama antara pemerintah Jerman dan komunitas Muslim di Jerman ini adalah salah satu upaya mendukung proses integrasi sosial Muslim di Jerman. Menurut Wolfgang Schrauber, Menteri Dalam Negeri Jerman, kebijakan tersebut dapat menjembatani perbedaan yang kerap timbul. Tidak hanya di level sekolah, pendidikan Islam juga mulai diperkenalkan pada tingkat akademik dengan membuka Jurusan Teologi Islam di perguruan tinggi di Jerman. Pendidikan pada tingkat akademik ini dianggap dapat memberi solusi terhadap masalah kehidupan Muslim dalam keragaman dan juga dapat mengangkat isu partisipasi mereka dalam diskursus politik di negara tersebut.

d.      Mesjid Sebagai Pusat Pembinaan/ bentuk pendidikan Nonformal
Karena tidak adanya infrastruktur keagamaan formal, mesjid-mesjid di Jerman memiliki peran yang sangat penting dalam pembinaan komunitas Muslim. Mesjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tapi juga sebagai tempat pendidikan/pengajaran, pertemuan sosial keagamaan, acara perkawinan, dan pusat bisnis. Karenanya tidak sedikit mesjid yang memiliki toko, restoran, perpustakaan, dan ruang pertemuan. Saat ini jumlah mesjid di Jerman berkisar 2000, namun sebagian besar tidak dalam bentuknya yang umum, melainkan ruko-ruko yang berada dekat pusat bisnis dan perumahan kaum Muslim. Tuntutan kaum Muslimin untuk membangun mesjid dalam bentuknya yang umum selalu kandas di tingkat parlemen setempat. Namun sejak tahun 1990-an, banyak mesjid yang utuh dan megah di bangun. Satu laporan menyebut sekitar 200 telah terbangun dan lebih dari 30 dalam proses pembangunan.
Sebagai catatan akhir, dapat dikatakan bahwa perkembangan Islam dan komunitas Muslim di Jerman tampak memberi dampak yang positif bagi kehidupan masyarakat Jerman. Penerimaan Islam oleh masyarakat Jerman sendiri menunjukkan agama ini memberikan alternatif bagi pemecahan masalah kehidupan mereka. Islam tidak lagi diidentikkan sebagai agama para imigran melainkan agama yang terintegral dari kehidupan mereka sendiri. Integrasi Islam dan kultur mereka inilah yang akan membangun apa yang dikenal sebagai “Euro Islam”.

2.      Islam di Inggeris
a.      Awal masuk dan Perkembangan Islam di Inggeris
Sejarah pertumbuhan komunitas muslim di Inggris hampir serupa apa yang dialami di Prancis, yaitu melalui proses imigrasi. Imigrasi muslim ke Inggris mulai berlangsung pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 melalui pendaratan para pelaut yang direkrut oleh East India Cornpany (Perusahaan India Timur) dari Yaman, Gujarrat, Sind. Assam. tlen Bengal. [1][1] Saat awal imigran muslim India dan Pakistan menetap di Inggris,pengaruh warisan kultural kerajaan dan struktur politik Negara setempat yang saling mendukung memperkuat dorongan Negara komunalisme. Selama hampir satu abad, umat islam harus belajar hidup dengan status minoritas dan jauh dari kekuasan politik di anak benua India, masyarakat inggris pasca perang memberi ruang  bagi identitas kebangsaan yang paralel.[2][2]
Setelah dibukanya terusan Suez pada tahun 1869 dan sejalan dengan meluasnya ekspansi kolonial Inggris, para pendatang muslim itu semakin lama semakin banyak dan rnulai membentuk pemukiman baru di kota-kota pelabuhan seperti Cardiff Shout Shields (Dekat Newcastle), London, dan Liverpool. Komunitas muslim di negara itu memiliki akar budaya yang berbeda satu sama lain. M. Ali Kettani, dalam bukunya "Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini" mengatakan imigran pertama ke Inggris adalah orang Yaman dari Aden. Mereka rnenghimpun diri di Cardif dan di situ membangun salah satu masjid pertama di negeri itu pada tahun 1870. Sebelum pergantian abad datang kelompok muslirn lain dari India dan menetap di dekat London, di sana mereka membangun masjid Shah Jehan di Woking.[3][3] Sekitar abad ke-19, sejumlah pengusaha muslim juga telah berniaga ke kerajaan Inggris. Salah satunya adalah perusahaan terkenal "Mohamed’s Baths” yang didirikan oleh Sake Deen Muhamed (1750-1851). Selain pekerja dan pedagang, pada akhir abad ke-19 mulai masuk juga kelompok intelektual ke Inggris. Hal ini terlihat tatkala pada periode antara 1893 hingga 1908, sebuah jurnal mingguan bernuansa Islami dengan nama "The Cresent", mulai disebarkan di Liverpool. Pendiri jurnal ini adalah seorang muslim keturunan bangsawan Inggris yang bernama William Henry Quilliam, yang ditengah komunitas muslim dikenal sebagai Syekh Abdullah Quilliam, yang berprofesi sebagai pengacara. Dia masuk Islam pada tahun 1887 setelah lama bermukim di Aljazair dan Maroko. william Henry Quilliam (Syekh Abdullah Quilliam) bahkan memelopori pembangunan sebuah masjid yang sangat aktif dan menjadi pusat dakwah di wilayah Inggris. Pertambahan jumlah masjid dalam perkembangan-perkembangan selanjutnya di Inggris sesungguhnya mencerminkan peningkatan jumlah komunitas muslim di Inggris. Peningkatan itu berhubungan erat dengan tahapan sejarah imigrasi kaum muslim secara besar-besaran dari berbagai negeri muslim ke Inggris tahun 1950-an, dan sebagai akibat penyatuan kembali keluarga imigran yang diterapkan awal dasarvarsa 1960-an, terutama dari India, Pakistan, dan Bangladesh. Selain itu, sehubungan dengan terbitnya "Commonwealth Immigration Act" (Undang-undang Imigrasi Persemakmuran), tahun 1962, yang semakin memberikan kemudahan untuk menjadi warga negara Inggris bagi warga negara bekas jajahan Inggris, juga turut rnendorong laju migrasi ini
Pada tahun 1985, jumlah kaum muslim di Birmingham, yang umumnya terkonsentrasi di beberapa kawasan pusat kota, di perkirakan berjumlah 80.000 orang( 8 persen dari total jumlah penduduk). Di kota ini kaum imigran muslim menempati bagian besar tenaga kerja industri yang tidak terlatih. Di sini perkembangan masjid sangat cepat pada tahun 1950 dan 1960 didorong oleh tiga faktor. Pertama, konsentrasi para imigran di beberapa blok perumahan di masing-masing wilayah membuat lebih mudah untuk menjalankan ibadah di wilayah masing-masing dari pada harus pergi ke wilayah tetangga. Kedua, sebelum bersatu menjadi masyarakat muslim, orang ingin berkumpul dengan saudara-saudara satu etnis dan asal daerah, bahasa atau dialek. Maka muncul masjid Punjab,masjid merpuri dan masjid pathan (semua Pakistan). Ketiga ,penafsiran yang berbeda-beda yang dalam islam menyebabkan timbulnya fragmentasi.
Supermarket Halal
Pada akhir tahun 1950-an dan awal 1960-an, masyarakat muslim merasa kesulitan dalam mengonsumsi makanan halal karena pada tahun ini restoran muslim masih sangat sedikit. Maka pada tahun 1998 Sher Azam (pengusaha muslim di Bradford) membangun Supermarket Al-Halal yang didirikan untuk kaum muslim, Supermarket besar yang karyawan dan kasirnya mengenakan jilbab ini dibangun sebagai koperasi islam pada 1985. Menurut Sher Azam, supermarket ini memiliki tiga tujuan, pertama, modal di kumpulkan dari saham yang berasal dari iuran sukarla anggota muslim, dan dengan demikian, menerapkan cara pengelolaan modal secara islami, karena dalam hukum islam melarang investasi dalam bentuk pinjaman kredit yang diasosiasikan dengan bunga(riba). Kedua, bisnis ini (yang mempekerjakan sekitar empat puluh karyawan) menyediakan lapangan kerja kaum muda komunitas yang terancam pengangguran. Ketiga, supermarket ini adalah toko, yang  masyarakat muslim dapat berbelanja tanpa ragu-ragu karena yang di jual di toko itu semuanya halal.[4][4]

b.      Pendidikan Islam di Inggris Berkembang Pesat
Pemerintah lokal di Inggris mulai merasa khawatir karena tidak ada regulasi mengenai permintaan untuk pendidikan Islam di Inggris, mengingat bahwa pendidikan Islam semakin berkembang pesat di sana. Hingga sekolah yang resmi dan tidak resmi-pun bermunculan demi memenuhi kebutuhan tersebut.
Sementara itu, warga muslim di Inggris menyatakan bahwa menyekolahkan anak mereka ke lembaga pendidikan Islam adalah merupakan suatu kebanggan tersendiri bahkan telah menjadi trend nasional di Inggris. Dan saat ini, kurang lebih ada 140 sekolah Islam, namun hanya 12 sekolah yang di danai oleh pemerintah. Sekitar 60 di antaranya dibuka dalam 10 tahun terakhir, beberapa dalam beberapa bulan terakhir. Permintaan orang tua tampaknya menjadi besar. Satu sekolah di Birmingham baru-baru ini menerima pendaftaran 1.500 calon siswa, pahadal kursi hanya 60 buah. Setidaknya lima sekolah Islam saat ini diterapkan sebagai sekolah gratis, meskipun sejauh ini hanya satu telah disetujui.
Menurut Dr Ghayasuddin Siddiqui, pendiri Muslim Institute Inggris, ada perasaan yang berkembang di kalangan orang tua Muslim bahwa sekolah umum tidak melayani anak-anak mereka dengan baik. “Orang tua lebih dan lebih prihatin tentang kualitas pendidikan dan tentang disiplin,” katanya. Seorang kepala sekolah di utara Inggris, menggambarkan bagaimana sebuah sekolah Islam telah buka dua tahun lalu tanpa izin. “lalu dioperasikan selama sekitar enam bulan, tanpa pendaftaran, dan kemudian terpaksa ditutup. Tapi tak butuh waktu lama setelah statusnya terdaftar dan dibuka kembali,” katanya. Pihak Asosiasi Sekolah Muslim (AMS) mengakui seiring meningkatnya permintaan, banyak sekolah Islam berdiri tanpa izin. Inggris memiliki 2,5 juta Muslim dan jumlah ini meningkat cepat.

c.       Sekolah Islam di Inggris Kebanjiran Peminat, Satu Kursi 'Diperebutkan' 25 Orang ( sumber : REPUBLIKA.CO.ID, LEICASTER )

Siswi di sekolah Islam Inggris
Kebutuhan untuk pendidikan Islam di Inggris semakin berkembang. Orang tua muslim kini semakin banyak yang ingin mendaftarkan anaknya ke sekolah Islam. Selama 10 tahun terakhir, sekitar 60 sekolah Islam telah dibuka. Satu sekolah Muslim di Birmingham, Al-Hijrah bahkan telah memperkenalkan sistem undian untuk menentukan muridnya. Satu kursi direbutkan oleh 25 orang tua. Namun, umat muslim di Inggris kini menghadapi aturan baru yang lebih ketat untuk membuka ‘sekolah fleksibel’ berbasis Islam yang baru. Dinas pendidikan ingin memeriksa secara rinci kurikulum yang diajarkan pada sekolah Islam tersebut. "Departemen Pendidikan ingin segalanya dilakukan enam bulan di muka. Mereka ingin rencana pembangunan dan secara seksama mengawasi kami," kata direktur pendidikan Manara, Fatima D'Oyen. Sekolah  Manara mengajarkan tentang Islam, geografi, seni, dan mata pelajaran teknologi modern lainnya seperti berkebun. Sekolah ini hanya masuk tiga kali sepekan. Muridnya terdaftar sebagai home-educated. "Jadi secara hukum kita seperti sekolah tambahan tapi selama seharian," kata D'Oyen.
Sekolah Islam umumnya menggunakan waktu pagi hari untuk belajar. Sore hari, anak-anak diberi kesempatan untuk belajar seni dan kerajinan.  "Kami ingin anak-anak belajar untuk bekal mereka dan juga memiliki kreativitas," ujar dia seperti dikutip Guardian. Melihat meningkatnya jumlah "sekolah fleksibel" seperti Manara, dewan kota telah meminta pemerintah untuk mengatasi masalah ini. Tapi, D'Oyen percaya bahwa orang tua murid tetap akan melakukan yang terbaik bagi anak-anak mereka.  "Kenyataannya adalah bahwa kebanyakan umat Islam mendirikan sekolah Islam, baik paruh waktu maupun penuh untuk mendapatkan pendidikan yang baik." Ada sekitar 140 sekolah Islam di Inggris, hanya 12 yang mendapatkan dana dari pemerintah. Setidaknya lima sekolah Islam diusulkan  sebagai sekolah gratis. Baru satu sekolah yang telah disetujui.
Banyaknya permintaan terhadap sekolah Islam konon disebabkan sekolah umum tidak dapat melayani dengan baik. "Jika sekolah difokuskan pada peningkatan standar dan memastikan bahwa ada disiplin, saya pikir kebanyakan orang akan senang dengan itu," kata pendiri Muslim Institut, Dr Ghayasuddin Siddiqui. Namun, menurutnya orang tua banyak meng mengkhawatirkan tentang kualitas pendidikan, dan disiplin. Umat Islam Jumlahnya hampir mencapai 2,5 juta, mayoritas mereka berusia antara 13 dan 25 tahun.
d.      Perjuangan dalam Pendidikan Islam
Sistem pendidikan inggris didasarkan pada pemisahan kewarganegaraan dan kebangsaan, sistem persekolahan Negara tidak sekuler dalam pengertian sekolah di jadikan untuk membentuk warga Negara yang memiliki hak dan sistem nilai yang sama agama di keluarkan sepenuhnya dari wilayah publik. Kurikulum yang mencakup pendidikan agama, tidak terlalu mengejutkan bagi Negara yang dengan tradisi agama yang mapan dan kepala negaranya juga merupakan kepala gereja inggris. Undang-Undang pendidikan 1994  (di tetapkan  pada saat imigran masyarakat muslim mulai di persoalkan) menyatakan pelajaran di sekolah di mulai dengan sesi pertemuan berupa pembacaan perjanjian lama dan  baru. Hal ini membuat Kristianitas menjadi elemen dasar pendidikan sipil dan melestarikan identitas Kristen.[5][5]
Ketika anak-anak generasi pertama keluarga muslim masuk ke dalam sistem pendidikan inggris pada akhir 1960-an, para aktivis masjid dan kelompok-kelompok islam menghadapi persoalan kultural yang sangat serius, karena teman-teman sebaya mereka yang berasal dari latar belakang kultural yang berbeda, sedangkan orang tua mereka tetap tinggal di kalangan orang muslim. Karena khawatir akan mempengaruhi identitas islam maka pada tahun 1966 lahirlah Muslim Educational Trust. Organisasi yang muncul dari gerakan ini di pimpin seorang dosen studi bisnis di sebuah universitas Bengali yang mengabdikan energinya untuk dakwah islam ke seluruh dunia. Publikasi perserikatan yang didesain untuk melestarikan identitas cultural islam yang spesifik dan mencegah asimilasi para pelajar muslim dalam masyarakat Inggris. Pendidikan agama islam di Inggris yang di harapkan dapat menjaga identitas anak-anak muslim dari pengaruh masyarakat barat yang permisif dan matrealistik di pandang tidak memadai. Dan disekolah-sekolah negeri, ajaran Kristen mendominasi kurikulum, terutama dalam pelajaran sejarah dan bahasa inggris. Di samping itu, kebanyakan sekolah Inggris tidak memisahkan siswa perempuan dan laki-laki, padahal ALLAH tidak menciptakan perempuan dan laki-laki secara identik, dan karena itu pula Islam menuntut agar anak laki-laki dan perempuan duduk secara terpisah. Para orang tua menuntut agar perserikatan, menekan otoritas pendidikan agar mempertahankan sekolah perempuan. Seragam sekolah harus memberikan kelonggaran kepada siswi muslim untuk mengenakan busana muslim (jilbab, rok panjang dan jubah) dengan warna sama dengan seragam sekolah. Makanan yang disediakan di sekolah harus halal meskipun itu dari hewan, tapi tata cara penyembelihannya menggunakan tata cara islam. Pada akhirnya sekolah juga harus menyediakan musholla dan pada hari jumat, para pelajar muslim harus di perbolehkan pergi meninggalkan sekolah untuk menjalankan shalat jumat bersama dengan umat lain kecuali sekolah bersedia menyediakan imam untuk memimpin shalat.
Di sini, Muslim Educational Trust menuntut dua bentuk tuntutan, Pertama, menuntut sejumlah ketetapan yang memungkinkan para pelajar muslim dapat menjalankan hukum islam secara ketat dengan memberikan kelonggaran atas beberapa peraturan umum. Kedua menuntut perbaikan muatan kurikulum karena dianggap mengarah kepada budaya permisif dan erat dengan nilai Kristen.[6][6]
Pada tahun 1951, penduduk muslim di negara itu diperkirakan baru mencapai 23.000 jiwa. Sepuluh tahun belakangan, populasi penduduk muslim di Inggris mcniadi 82.000, dan pada tahun l97l sudah mencapai 369.000 jiwa. Sebuah survei tahun 2009 sikap Muslim Inggris masih sangat konservatif terhadap isyu-isyu yang memang sensitif dalam Islam homoseksualitas dan hukuman mati.
Sebagian besar Muslim di Inggris tinggal di Inggris dan Wales: dari 1.591.000 Muslim yang tercatat pada sensus tahun 2001, sebanyak 1.536.015 tinggal di Inggris dan Wales, di mana mereka membentuk 3% dari populasi pada tahun 2001; sebanyak 42.557 tinggal di Skotlandia, membentuk 0,84% populasi; dan sebanyak 1.943 tinggal di Irlandia Utara. Dan saat ini. jumlah penduduk muslirn di Inggris sekitar 2 juta jiwa.

3.      Islam di Belanda
a.       Keadaan Umat Islam
Masuknya islam di Belanda diawali ketika adanya migrasi yang melibatkan kaum muslim ke negri belanda yang dimulai sekitar pertengahan abad ke-20. kelompok-kelompok kecil yang pertama tiba yaitu dari Indonesia sebagai negara jajahannya, yang baru merdeka pada waktu itu. Di antaranya berasal dari tentara Maluku dari Hindia Belanda yang berjumlah sekitar seribu orang, yang sebagian kecil orang beragama Islam. pada awalnya mereka tinggal di penginapan kamp sementara dinegara tersebut, tapi setelah beberapa tahun mereka pindah ke rumah-rumah yang lebih permanen dan menetap disitu.[1] Di sisi lain, Sebagian besar Muslim pada saat itu di  Belanda datang dari suriname, yang juga negara negara jajahan belanda. Sejak sekitar pertengahan tahun 1960-an terjadi migrasi tenaga kerja dari negara tersebut,  yang jumlahnya mencapai 5.500 orang pada tahun 1970. Jumlah ini terus mengalami kenaikan yang  puncaknya pada 1975, mencapai 36.000 orang. hal ini dikaitkan dengan kemerdekaan suriname pada saat itu.
Selain itu,  Islam sangat banyak berdatangan dari turki dan maroko,  ketika pada 1964 yang dimaksudkan untuk meningkatkan tenaga kerja, belanda membuat perjanjian bilateral dengan negara-negara Eropa termasuk Turki. Hal ini membuat orang muslim di Belanda semakin bertambah, yang  setelahnya Perjanjian tersebut juga banyak diikuti oleh  orang-orang non-Eropa seperti Maroko, Afganistan pada tahun 1969.[2] Menurut Biro Statistik Pusat (CBS) negara tersebut, pada 1994, jumlah umat Islam dari 15.341.553 jumlah penduduk Belanda saat itu sekitar (3,7 persen) dan 6.000 orang diantaranya adalah warga asli Belanda. Sedangkan pada tahun 2004, ada sekitar 5.8% muslim. Menurutnya, ”Terdapat  945,000 orang Muslim yang tinggal di Belanda pada 1 Januari  2014, meningkat dua kali lebih banyak jumlahnya pada tahun 1990-an”, CBS juga menambahkan bahwa . “jumlah  ini diperkirakan akan terus bertambah mencapai 1 juta pada tahun 2006”. Sedangkan jumlah muslim asli belanda sampai tahun 2010 mencapai 12.000 orang.[3]

b.      Kondisi Pendidikan
Tidak ada sekolah Islam, tetapi pendidikan Islam sebagiannya diberikan kepada anak-anak Muslim di sekolah-sekolah negri oleh guru- guru yang dikirim dari Turki dan Maroko.[5] Namun Setelah tahun 2000-an ada sekitar 37 sekolah Islam utama dan satu sekolah menengah di Rotterdam, yang diakui dan dibiayai oleh negara. Pemerintah Turki dan Maroko adalah mitra berpengaruh di lembaga pendidikan Islam di Belanda. Kemitraan pendidikan lainnya berkembang seperti pendirian sebuah lembaga Islam pada bulan Februari 2005 oleh koalisi organisasi-organisasi Muslim dalam kemitraan dengan program universitas. Sejak September 2005, ada juga kursus master untuk pembimbing rohani Islam di sebuah Universitas di Amsterdam. Untuk  pendidikan tinggi, ada Universitas Islam swasta yang didanai dari Rotterdam (IUR) dan Universitas Islam Eropa di Schiedam serta beberapa lembaga pelatihan yang lebih kecil.Tingkat pencapaian pendidikan mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan di antara imigran non-Barat dari pada kalangan pribumi Belanda, tapi hanya 10% dari imigran tersebut yang menempuh sampai pendidikan tinggi atau universitas, angka-angka ini masih berada dibawah pribumi Belanda. Di sisi lain, ada masalah dalam pelaksanaan pendidikan di Belanda. Seperti menurut The European Monitoring Centre on Racism and Xenophobia’s (EUMC) melaporkan analisa Pendidikan yang menemukan bahwa adanya diskriminasi dalam sistem pendidikan yang ada. Keluhan tentang berpakaian dan jilbab merupakan masalah yang signifikan.[6] Prestasi pendidikan menurut International Standard Classification of Education (ISCED), Belanda sangat ttinggi

c.       Muslim dalam Pemerintahan
Muslim menampakkan kehadirannya dalam politik Belanda, seperti sebagai kandidat dalam pemilihan  dan sebagai anggota parlemen yang duduk dalam pemerintahan nasional. Kaum Muslim yang paling kelihatan terlibat dalam pemerintah Belanda dalam dekade terakhir yaitu Ahmed Aboutaleb yang terpilih sebagai walikota Rotterdam pada tahun  2008, dan Ayan Hirsi Ali, sebagai  anggota parlemen, meskipun kemudian mundur dari Jabatannya dan diusir dari Belanda. Ada  6 anggota parlemen asal Turki dan 5 asal Maroko. Anggota parlemen yang diidentifikasi sebagai Muslim tidak selalu berafiliasi dengan partai-partai Islam. Ahmed Marcouch, yang datang ke Belanda sebagai seorang anak berusia 10 tahun, terpilih ke parlemen setelah bekerja aktif di perpolitikan Amsterdam. Dua partai politik di Belanda saat ini berusaha untuk mewakili umat Islam di kota, meskipun tidak memenangkan kursi dalam pemilihan terakhir. Keduanya yaitu: Partai Islam Belanda (NMP) Demokrat Islam (ID).[7]

4.      Islam di Perancis
a. Keadaan Umat Islam
di Prancis, jumlah umat Islam diperkirakan mencapai 6-7 juta orang. Angka ini merupakan perkiraan karena dalam sensus penduduk Prancis tidak ada pertanyaan tentang agama yang dianut penduduknya. Statistik agama secara resmi dilarang oleh hukum Prancis. Seperti diketahui bersama, Prancis adalah negara sekuler, Umat Islam di Prancis berasal dari berbagai ras dan etnik dari seluruh dunia, terutama dari daerah Maghrib dan Afrika, selain itu juga dari Turki, Bangladesh, Suriah, Mesir, dan bahkan Indonesia. Mereka banyak yang sudah memiliki kewarganegaraan Prancis. Mereka terutama terkonsentrasi di kota-kota besar, seperti Paris, Marseille, dan lain-lain. Di Paris dan sekitarnya saja jumlahnya dapat mencapai 1,5–2 juta. Sebagian besar dari mereka berasal dari Aljazair dan Maroko, hal tersebut berkaitan erat dengan proses migrasi yang membawa banyak Muslim dari Afrika Utara selama dan setelah Perang Dunia II. Kebanyakan keluarga Muslim itu tinggal di pinggiran Paris, di mana mereka beradaptasi dan bergaul dengan penduduk setempat. Selain itu, sebagai Muslim mereka tetap berusaha mewarisi tradisi keagamaan yang dibawa dari negeri leluhur mereka. Jarang sekali ditemui umat Muslim yang pindah agama.
Perkembangan Islam di Prancis berlangsung secara alamiah melalui kepemelukan agama sejak lahir. Selain itu ada pula penduduk setempat yang memilih masuk Islam secara sukarela. Ada sekitar 50.000 – 100.000 orang Prancis yang menjadi mualaf. Secara statistik, jumlah pemeluk Islam dari warga Prancis memang kecil dan tidak signifikan, namun angka ini menunjukkan bahwa Islam bukan agama orang Maghrib saja, tetapi Islam dapat diterima oleh orang Prancis. Di Masjid Besar Paris, setiap minggu, sedikitnya 8-10 orang menyatakan syahadat. Selain itu juga dilakukan pembelajaran bagaimana menjadi seorang Muslim, dan pada hari menjadi mualaf mereka harus membaca dua kalimat syahadat, dan setelah itu mereka akan mendapatkan sertifikat yang menyatakan bahwa mereka telah menjadi seorang muslim dan mendapatkan nama "Muslim", seperti Muhammad, Aisyah, Fatimah, dan lain-lain. di Prancis, warga Prancis yang pindah agama menginginkan "nama baru", walaupun tentu saja secara syariat Islam tidak ada keharusan menggunakan nama-nama yang berasal dari bahasa Arab. Secara demografis, Islam di Prancis umumnya, dan Eropa khususnya ditopang oleh penduduk usia muda. Pemuda merupakan bagian penting dalam komposisi umat Islam. Di Eropa, sekitar 75 % umat Islam adalah mereka yang berumur cukup muda, yaitu sekitar 25-an tahun .
Laicite Hambatan Bagi Perkembangan Islam? Laicite adalah sebuah sistem sekuler yang dianut oleh Prancis, yang secara prinsipil memisahkan agama dari negara. Namun laicite bukan penolakan terhadap agama. Jadi kebijakan ini tidak bisa disimpulkan secara sederhana sebagai hambatan atau bahkan bahaya bagi perkembangan agama secara umum, dan Islam secara khusus. Ada keuntungan dan sekaligus kerugian dari kebijakan tersebut. Bagi umat Islam, kebijakan tersebut memang menimbulkan sejumlah kesulitan, seperti mempersulit pembangunan dan pembiayaan masjid dan kegiatan ibadah-ibadah lainnya, dikarenakan negara tidak punya kewajiban untuk membiayai hal tersebut. Oleh karena itu, masjid-masjid bergantung pada kesetiaan umat Islam sendiri untuk dapat membiayai aktivitas-aktivitas keagamaan, seperti membangun masjid, membayar imam masjid, dan mencetak imam-imam masjid yang memenuhi kualifikasi sebagai imam masjid. Namun, umat Islam di Prancis mendapat bantuan dari negara-negara Muslim lainnya, yang umumnya ditujukan kepada komunitas tersebut. Di Paris, misalnya, orang menyebut masjid Maroko karena masjid dikelola oleh orang-orang Maroko. Budaya ini sebenarnya lebih mirip dengan tradisi gereja daripada tradisi umat Islam di Indonesia.

b.      Masjid Besar Paris dan Perkembangan Islam di Prancis
Masjid Besar Paris mempunyai tugas untuk memperkenalkan Islam ke seluruh penjuru Prancis dan sebagai simbol Islam di Prancis, seperti simbol Menara Eiffel bagi Prancis. Namun setiap masjid di Prancis independen dan terkait dengan jamaahnya sendiri. Dengan demikian, Masjid Besar Paris tidak memiliki hubungan manajerial dengan masjid lain. Adapun Islam yang diperkenalkan lebih condong ke mazhab Sunni aliran Maliki. Walaupun demikian, Masjid Besar Paris tidak menutup diri dari aliran lain seperti Syafii, Hanafi dan Hambali. Masjid Paris menerima siapa pun yang datang, bahkan orang-orang Eropa (muslim maupun bukan) untuk masuk ke dalam masjid untuk sekedar melihat-melihat dan berkeliling di lingkungan Masjid. Masjid Besar Paris yang berada di kawasan tua Quartier Latin mendukung program negara dalam sektor pariwisata. Selain itu, masjid juga bukan tempat "angker" bagi pemeluk agama lain atau bahkan bagi para ateis yang jumlahnya cukup besar di Prancis dan Eropa. Hanya saja mereka tidak boleh memasuki Salle de prière (ruang shalat) yang memang harus tenang dan terlarang bagi kamera. Di luar ruang shalat, pengunjung bebas memotret dan bercengkrama menikmati arsitektur masjid. Selain itu, Masjid Besar Paris juga memfasilitasi orang-orang yang berkeinginan untuk memeluk Islam. Tentu saja, sekali lagi, prinsip utamanya adalah tidak ada paksaan dalam beragama. Selanjutnya, Masjid Besar Paris bertanggung jawab terhadap pendidikan Islam bagi anak-anak, di mana banyak anak-anak belajar membaca Al-Quran dan bahasa Arab. Aktivitas Islam di masjid ini memang dilakukan dengan menggunakan bahasa Arab. Selain itu, masjid ini juga mempunyai sebuah lembaga pendidikan bernama Institut Al-Ghazali yang bertugas untuk mencetak imam masjid untuk komunitas muslim. Stereotyping dan Phobia Islam di Eropa, Khususnya di Prancis Sudah sejak lama muncul demonstrasi dan upaya-upaya untuk membuat stereotype dan memprovokasi ketakutan dan kebencian terhadap Islam, yang seringkali dihubungkan dengan ras Arab pemeluk agama Islam mayoritas di Prancis. Hal tersebut merupakan masalah yang berat untuk Masjid Besar Paris. Tekanan terhadap Islam semakin meningkat semenjak adanya krisis global, di mana masyarakat Eropa pun juga dihadapkan pada berbagai kesulitan yang kompleks. Kaum muda sulit mendapatkan pekerjaan. Keluarga-keluarga di Prancis dihadapkan pada berbagai kesulitan ekonomi seperti sewa rumah, transportasi, pendidikan anak, dan kualitas hidup yang menurun. Pada saat krisis inilah orang-orang "asing" yang dikorbankan dan dituduh jika terjadi kekerasan dan kejahatan akibat krisis ekonomi tersebut. Hal itu menimbulkan reaksi yang kadang-kadang dipolitisir. Ada beberapa partai politik yang mengeksploitasi ketakutan terhadap Islam, mengeksploitasi rasisme berkaitan dengan Islam, dan mengeksploitasi kebencian terhadap Islam, untuk mendulang suara dalam pemilu. Karena Islam membuat orang takut, sehingga banyak orang yang tidak suka terhadap Islam dan percaya bahwa Islam adalah agama yang penuh dengan kekerasan. Hal tersebut terus berlanjut walaupun umat Muslim di Prancis dan di Eropa pada umumnya telah berusaha untuk menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang terbuka dan toleran serta mau berdialog, namun tetap saja ada partai politik yang mengeksploitasi dan menggunakan isu agama dalam kampanye politiknya. Selain itu, ketakutan tersebut berhubungan dengan kriminalitas dan penggunaan obat-obatan terlarang yang sebagian besar menyentuh generasi muda Muslim dari kelas menengah bawah dengan tingkat pengangguran tinggi, khususnya selama krisis ekonomi. Oleh karena itu, keluarga sebagai unit masyarakat terkecil harus mendidik anak-anak mereka dengan moral Islam yang melarang mencuri, memakai obat terlarang, melakukan kekerasan, dan tidak memprovokasi orang lain. Masjid Besar Paris menghimbau agar anak muda lebih kalem, bijaksana, belajar dengan baik dan serius baik di rumah dan sekolah. Burqa: Antara Hukum Positif dan Kebebasan Individu Secara syariah, tidak ada perintah khusus untuk memakai burqa (pakaian yang menutupi kepala dan wajah) bagi para wanita. Itu adalah penafsiran atas teks agama. Secara prinsip, jika ada yang menginginkan memakainya, silakan memakainya. Dari sisi kesekuleran, pelarangan memakai burqa di tempat umum adalah undang-undang yang tidak menghargai keinginan wanita dalam berpakaian.
Di dalam masyarakat yang mengklaim dirinya bebas, seharusnya kita tidak bisa menghalangi bagaimana seseorang itu berpakaian. Itu pilihan masing-masing perempuan. Akan tetapi, bagaimanapun juga, umat Islam seharusnya tidak membuat masalah dengan negara sekuler dan sebagian warga setempat yang tidak menerima burqa. Kaum muslimin seharusnya menghargai juga pilihan negara dan masyarakat yang menginginkan kebijakan tunggal yang memperlakukan semua orang, baik pria maupun wanita, sama-sama menampilkan wajah yang terbuka. Walaupun masing-masing orang dapat melakukan apa yang mereka inginkan tapi seharusnya sesuai dengan hukum positif yang berlaku.

c.       Pendidikan Islam
Sekolah Menengah Averroes di Lille telah menjadi sorotan dalam satu dekade terakhir. Sepuluh tahun yang lalu, Averroes adalah sekolah Islam swasta pertama di Perancis dengan kurikulum nasional. Sekarang, sekolah tersebut telah menjadi salah satu dari sekolah unggulan di Negara itu, seperti dilansir Muslims Today pada Senin (1/4/2013). Banyak guru sekolah menengah yang mencoba dengan keras menanamkan disiplin dan memberikan pengetahuan di kelas yang dipenuhi pemuda yang tertarik pada segala hal kecuali menghabiskan hari-hari mereka di ruang kelas. Sebaliknya di Lycée Averroés (Sekolah Menengah Averroes) yang terletak di kota Lille, Prancis utara, para siswa-siswi -dengan banyak siswinya yang berkerudung- tekun berkonsentrasi pada tugas kelas mereka di bawah pengawasan guru-guru mereka.
Selama beberapa hari terakhir ini pun konsentrasi siswa tetap tidak berkurang meski banyak kamera dan kru media masa yang meliput di kelas-kelas mereka. Averroes telah menarik cukup banyak perhatian di Perancis setelah sekolah Islam swasta ini berada di peringkat atas dalam daftar regional sekolah berkualitas dan berada di antara tiga besar dalam daftar nasional. Sebagian besar siswa Perancis terdaftar di sekolah negeri, hanya sekitar 15 persen anak-anak di Perancis yang bersekolah di beberapa sekolah swasta. Secara teori, semua sekolah umum harusnya memberikan kualitas pendidikan yang sama. Tapi seperti yang juga diketahui oleh setiap orangtua Perancis, hal itu tidak sepenuhnya benar. Sistem peringkat sekolah tahunan telah lama menampilkan beberapa sekolah menengah umum yang lebih dikenal seluruh negeri.
Selama beberapa tahun terakhir, sekolah-sekolah swasta – baik Katolik, Yahudi atau sekuler, dengan berbagai tingkat pendanaan negara – telah berusaha untuk menjadi sekolah menengah yang mendapat peringkat atas. Peringkat teratas  Sekolah Menengah Averroes telah mengejutkan seluruh Perancis karena sekolah ini menjadi sekolah Islam swasta yang telah memberikan pendidikan yang berkualitas untuk siswa-siswinya. Sebagai rumah bagi penduduk Muslim terbesar di Eropa, Perancis telah sering dikritik di media internasional karena komitmen tanpa kompromi negara untuk sekularisme. Sebuah undang-undang tahun 2004 yang melarang tampilan eksplisit afiliasi agama di sekolah umum secara luas dikritik masyarakat internasional, serta oleh beberapa kelompok minoritas di Perancis sendiri, di tengah sebagian besar orang Perancis yang malah mendukung larangan itu.
Mengingat sejarah Perancis yang kompleks berkenaan dengan hubungan komunal dengan populasi Muslim, keberhasilan sekolah Averroes benar-benar menjadi kabar baik, seperti yang dirasakan para staf  Sekolah Menengah Averroes selama satu dekade terakhir. Pada tahun 2003, ketika Sekolah Menengah Averroes dibuka, sekolah ini merupakan sekolah Islam swasta pertama di Perancis yang mengikuti kurikulum nasional. “Pada hari pertama kami, ada 34 wartawan, termasuk satu dari Jepang – bandingkan dengan hanya 11 siswa dan 19 guru yang ada,” kata Amar Lasfar, rektor Masjid Lille dan kepala Sekolah Averroes, dalam sebuah wawancara dengan harian Perancis terkemuka, Le Monde.
Sepuluh tahun kemudian, sekolah Islam swasta pertama Perancis ini telah berkembang dan memasukkan lebih dari 330 siswa. Kini, sekolah tersebut telah meninggalkan tempat yang lama dan pindah ke sebuah bangunan baru yang dapat menampung hingga 600 siswa. Meskipun sebagian besar siswanya adalah Muslim, sekolah ini juga terbuka untuk non-Muslim. Adapun bagi para siswa, keuntungan yang mereka peroleh dari Averrous sangat banyak. Mereka merasakan suasana belajar yang mendukung dan komitmen para staf sekolah terhadap pendidikan yang berkualitas.

5.      Islam di Rusia
"Rusia akan Jadi Pusat Pendidikan Islam"
a.       Keadaan Umat Islam
Menurut Sejarah Islam masuk ke Rusia melalui tentara mongol jemis khan dan pemerintahan Turki Utsmani , Kerajaan Islam pernah berkuasa disana sebelum zaman komunis suvyet.
Pemimpin Dewan Spiritual Muslim Rusia, Talgat Tadzhutddin mengusulkan untuk menjadikan Negeri Beruang Merah itu sebagai pusat pendidikan Islam. Mufti Rusia itu menyarankan pembentukan Federasi Institusi Islam yang akan mengelola sebuah jaringan sistem pendidikan Islami di Rusia, mulai dari tingkat madrasah sampai perguruan tinggi. Ia berharap siswa-siswa dari Barat yang ingin belajar Islam, akan datang ke Rusia untuk belajar di institusi-institusi pendidikan Islam yang ada di negeri itu. "Ini merupakan tujuan strategis yang sangat penting, karena dengan cara ini, kita tidak lagi bergantung pada universitas-universitas Islam di luar negeri," ujar Tadzhutddin dalam pertemuan dengan para pemuka agama Islam dari wilayah Volga dan Grigory Rapota, seperti dilansir AsiaNews. Sementar itu, kantor berita Ria Novosti melaporkan, menurut Mufti Rusia, pendidikan Islam dari luar negeri memiliki efek samping yang tidak mudah untuk diatasi, dan mempengaruhi pola pikir anak-anak muda Muslim di Rusia. "Dalam waktu tidak lama lagi, dengan dukungan pemerintah, akan dibangun tujuh universitas Islam, ini akan menjadi langkah awal," ujar Tadzhutddin. "Negara ini, membutuhkan sistem pendidikan yang lengkap, terdiri dari tiga level, yaitu madrasah, akademi dan universitas-universitas Islam. Dengan cara ini, tenaga pengajar dari luar negeri juga akan dikurangi, hanya untuk guru-guru bahasa Arab, termasuk pengajar disiplin ilmu agama lainnya," sambungnya optimis. (ln/AsiaNews)
b.      Pendidikan Islam
Menurut REPUBLIKA.CO.ID, MOSCOW - Lebih dari 32 juta dolar Amerika atau sekitar satu miliar rubel dialokasikan Kremlin selama dua tahun ke depan guna mendidik Muslim Rusia menjadi ahli sejarah dan Budaya Islam. Alokasi dana itu merupakan kebijakan Presiden Rusia, Dmitry Medvdev dalam usaha menyiapkan tenaga profesional yang menyebarkan nilai-nilai Islam dengan benar.
Medvedev saat berbicara dalam pertemuan dengan ulama di Ufa mengatakan misi penting Rusia adalah meningkatkan pendidikan Islam dan mengintegrasikan lembaga pendidikan Islam dengan sistem pendidikan Rusia. "Rusia untuk kali pertama menetapkan standar negara untuk lembaga pendidikan tinggi Islam untuk mempersiapkan ulama Muslim berkualitas," kata dia seperti dikutip heraldmalaysia.com, Rabu (23/11).
Medvedev mengatakan pemerintah Rusia memiliki perhatian khusus untuk menyelenggarakan pendidikan Islam yang efektif di seluruh wilayah federasi Rusia. Harapanya ke depan, kata dia, ulama Muslim Rusia bakal memberikan pengaruh dan contoh ke seluruh dunia.
"Hanya dengan cara ini, kita dapat memiliki kerangka berpikir yang benar dalam masyarakat Muslim," ungkapnya. Lebih lanjut dikatakan Medvedev, Muslim Rusia telah tumbuh pesat. Saat ini, di seluruh wilayah Federasi terdapat 7 ribu lebih Masjid namun tidak memiliki satupun lembaga pendidikan Islam. "Harapannya, nanti akan berdiri 96 sekolah dan universitas Islam di negara kita," pungkasnya
6.      Islam di Italia - Sisilia
a.       Keadaan Umat Islam
Penaklukan umat Islam atas kepulauan sisilia merupakan buih terakhir dari gelombang serbuan yang dibawa bangsa arab ke Afrika Utara dan Spanyol. Para pemimimpin ekspansi ke kepulauan itu, dan ke daratan Eropa Tengah adalah panglima-panglima perang dinasti Aglibiyah dari Kairawan yang menyerang wilayah itu pada abad ke-9 M. Meski demikian, upaya-upaya sporadik yang dilakukan oleh para pengembara muslim, tentara-tentara bayaran, dan para perompak telah dilakukan jauh sebelum itu. Kejayaan Siracuse tenggelam dalam serangan pertama ini. (Hitti,2010:768). Dari serangan muslim ini mendapatkan ramapasan berupa kekayaan gereja dan benda berharga lainnya.. Pada abad  kedelapan, kaum Berber dan para pejuang Arab dari Afrika Utara, serta umat Islam Spanyol mulai merambah pulau-pulau di bagian utara dan timur serta menebarkan ketakutan di antara penduduk Sisilia, Corsica dan Sardinia
b.      Pendidikan
Pada masa kekuasaan Raja Fredrik II membuat sekolah syair Arab yang juga mengajarakan bahasa Arab. Di sekolah tersebut ditugasakan  beberapa orang ulama muslim untuk mengajar. Mereka juga terdiri dari pakar geografi, astronomi, dan Sastra Arab. Raja Fredrik II (1194-1250 M) seorang pewaris kerajaan Sisilia juga amat terpengaruh dengan budaya Arab. Karena perilakunya ini maka gereja mengeluarkan keputusan untuk mengasingkannya selama dua kali dalam kehidupannya. Raja ini berhasil memajukan sekolah Salono. Berikutnya ia juga mendirikan universitas Napoli yang dalam waktu cepat segera berubah menjadi universitas untuk mentransfer ilmu-ilmu Arab dan Islam ke Eropa (Khadhar,2005: 53).

7.      Islam di Bosnia Herzegovina
a.       Keadaan Umat Islam
Yugoslavia terpecah-belah pada tahun 1991 setelah runtuhnya rezim-rezim Komunis di Eropa Timur. Mengikuti contoh Kroasia dan Slovenia, pada bulan Maret 1992 Bosnia dan Herzegovina menyatakan kemerdekaannya melalui referendum yang diikuti oleh masyarakat Muslim dan Kroasia Bosnia. Hal tersebut ditentang oleh penduduk Serbia yang menguasai seluruh wilayah eks Yugoslavia. Di bawah pimpinan Radovan Karadzic, orang Serbia Bosnia memproklamasikan Republik Srpska. Dengan bantuan pasukan federal pimpinan Jenderal Ratko Mladic, orang Serbia Bosnia berhasil menguasai 70 persen wilayah negeri itu. Dalam konflik ini, etnis Serbia yang mayoritas berusaha melenyapkan etnis Muslim dan Kroasia. Terjadilah pembantaian terbesar dalam sejarah yang jumlah korbannya hanya kalah oleh Perang Dunia. Pembunuhan, penyiksaan dan pemerkosaan olah Kaum Serbia kemudian menyebabkan pemimpin-pemimpin Serbia ditetapkan sebagai penjahat perang oleh PBB. Dalam perkembangan terakhirpun mereka menyatakan tidak puas karena tidak berhasil membersihkan etnik Muslim-Bosnia.
Akhirnya, setelah perang berdarah yang berlarut-larut, perdamaian di antara ketiga kelompok tersebut berhasil dipaksakan oleh NATO. Sesuai dengan Kesepakatan Dayton tahun 1995, keutuhan wilayah Bosnia dan Herzegovina ditegakkan namun negara tersebut dibagi dalam dua bagian: 51% wilayah gabungan Muslim-Kroasia (Federasi Bosnia dan Herzegovina) dan 49% Serbia (Republik Srpska)
Sebagai negara yang berada di Eropa Tenggara, Bosnia dan Herzegovina tak luput dari Islamisasi. Islamisasi yang datang ke Bosnia dan Herzegovina dengan cara damai yaitu melalui perdagangan. Kemudian, Selanjutnya, Bosnia dan Herzegovina bertransformasi menjadi negara dengan mayoritas muslim. Mengalami beberapa kali nasib yang terombang-ambing setelah memerdekakan diri dari Turki. Berada dibawah Kekaisaran Austria-Hongaria kemudian berada dibawah kekuasaan Kerajaan Serbia Montenegro mengalami kepemimpinan Rezim komunis yang dipimpin oleh Tito akhirnya pada tahun 1995 Bosnia dan Herzegovina berhasil memerdekakan diri setelah mengalami perlakuan yang buruk dari Serbia.
Problem Muslim di  Bosnia Herzegovina, Bosnia yang mengidentifikasi diri mereka sebagai Muslim Bosnia, agama sering berfungsi sebagai sebuah komunitas identifier, dan praktik keagamaan hanya terbatas pada kunjungan sesekali ke masjid signifikan ritus atau bagian seperti kelahiran, perkawinan, dan kematian. Karena pengaruh yang lebih modern dan 45 tahun sosialisme , beberapa Bosnia telah Atheist , Agnostic atau Deis keyakinan (Pra-perang perkiraan 10% dari total penduduk). Walaupun ada sejumlah besar Bosnia yang mempraktekkan iman mereka untuk berbagai tingkat, untuk orang lain, identitas ini cenderung sekuler dan didasarkan terutama pada tradisi leluhur dan loyalitas etnis.  Jilbab bagi perempuan, populer di negara-negara Timur Tengah, yang dipakai hanya oleh minoritas perempuan Muslim Bosnia, dan sebaliknya kebanyakan untuk kewajiban agama. Bosnia yang berpartisipasi dalam atau anak-anak dari etnis perkawinan campuran antara Serbia, Kroasia dan populasi Bosnia di Bosnia dan Herzegovina biasanya tak beragama.

b.      Pendidikan Islam
Pendidikan agama di Bosnia dan Herzegovina sebagian besar terdesentralisasi, seperti sistem pendidikan pada umumnya. Dan entitas pemerintah canton dan kota Brcko berwenang memiliki tanggung jawab untuk pendidikan, tidak ada pelayanan pendidikan nasional atau kebijakan. sekolah umum menawarkan kelas pendidikan agama, tetapi dengan pengecualian Brcko, sekolah umumnya hanya menawarkan pelajaran agama dalam agama mayoritas di daerah itu. Secara teori, mahasiswa memiliki pilihan untuk tidak hadir, tetapi dalam prakteknya, siswa menghadapi tekanan agama mayoritas dari guru dan rekan-rekan untuk menghadiri kelas. Misalnya, membutuhkan Serbia untuk menghadiri kelas agama tetapi tidak memerlukan kehadiran untuk Bosnia dan Kroasia. Jika lebih dari 20 Bosnia atau Kroasia menghadiri sekolah tertentu, sekolah diwajibkan untuk menyelenggarakan kelas agama atas nama mereka. Namun, di  pedesaan, biasanya tidak ada wakil agama yang berkualitas tersedia untuk mengajar studi agama kepada beberapa siswa Bosnia atau Kroasia.
Pada tahun 2010 sempat terlontar RUU yang diajukan oleh Partai Demokrat Sosial Independen Serbia Bosnia(SNSD) yang melarangan pemakaian cadar. Parlemen akan mulai mempertimbangkan RUU tersebut. Tetapi RUU tersebut sepertinya akan sulit terealisasi, karena umat Muslim merupakan sekitar 40 persen dari populasi Bosnia yang sebesar 3,8 juta penduduk. Partai SNSD sendiri memegang separuh dari 14 kursi yang disediakan bagi Serbia Bosnia dalam parlemen yang total berjumlah 42 kursi. Akibat dari itu akhirnya muncul demontrasi dari para Muslimah Bosnia di depan parlemen di pusat kota Sarajevo
Pemerintah kota Serbia melakukan penghancuran sebuah masjid di desa Sturba dekat Livno. Perwakilan dari masyarakat internasional di Bosnia Valentin Anczyko akhirnya meminta mufti Bosnia untuk campur tangan atas penghancuran masjid itu. Mufti Bosnia mengatakan bahwa penduduk muslim di wilayah ini sangat menderita karena mengalami diskriminasi etnis dan agama, dan dirinya menyatakan penyesalan serta kekecewaan yang mendalam atas keputusan pihak berwenang pemerintah Serbia menghancurkan masjid di bulan suci Ramadhan. Namun pihak berwenang Serbia sendiri membela diri atas tindakan mereka menghancurkan sebuah masjid tersebut. Menurut mereka, tindakan pengahancuran masjid itu memang benar dan tidak menyalahi aturan. Karena Masjid tersebut  dibangun secara ilegal diwilayah sebelah selatan Bosnia.
Muslim di Bosnia Herzegovina memang belum bisa lepas dari marginalisasi. Namun masyarakat muslim mulai berubah menatap kedepan. Walaupun tidak di pungkiri pertentangan antar agama masih terjadi. Keberagamaan mulai meningkat di Bosnia, khususnya di Sarajevo. Pemimpin ulama Muslim Bosnia, Mustafa Cheric menyerukan diterapkannnya hukum syariah (hukum keluarga) di Bosnia. Mustafa Hadidich mengatakan Muslim Bosnia mempunyai potensi yang sangat besar untuk menjadi jembatan antara Timur dan Barat, perantara Islam menuju Eropa. Karena di Sarajevo ada masjid berdampingan dengan gereja dan synagog.

8.      Islam di Estonia
a.       Keadaan Umat Islam
Setelah beberapa dasawarsa di bawah penindasan pemerintahan Komunis, umat Islam di Eropa bagian utara Republik estonia dapat berbahagia, mereka dapat menikmati perayaan hari besar keagamaan dengan shalat berjamaah dan mengadakan pesta diluar ruangan. "Tidak ada pembatasan pada umat Muslim untuk merayakan hari Ied atau melakukan ritual keagamaan mereka," kata Liya Iman Makhmutova, direktur Masyarakat Islam untuk urusan wanita Estonia, kepada IslamOnline.net. Pada pagi hari Jumat, 27 November umat Islam di ibukota Tallinn akan berbondong-bondong ke Islamic Center untuk melaksanakan sholat Idul Adha. "Setelah sholat, orang-orang akan tinggal di masjid sampai khatib selesai memberikan khotbahnya," katanya. Khutbah Idul Adha maupun Idul fitri disampaikan dalam empat bahasa; Rusia, Estonia, Arab dan Tatari. "Rasanya sangat keren bila Anda melihat setiap jamaah dapat menikmati khutbah yang disampaikan dalam bahasanya sendiri," jelas Mufti Ildar Muhhamedsin. Namun bagi masyarakat yang menderita selama puluhan tahun dibawah kekuasaan dari pemerintahan Komunis, mereka tidak merasa biasa dengan hal tersebut. Di bawah pemerintahan Komunis orang-orang akan berkumpul untuk sholat Ied di dalam rumah salah seorang Muslim atau mungkin di kuburan untuk sholat dan merayakan lebaran dengan diam-diam," kenang Makhmutova. Sekarang situasi telah benar-benar berubah."
Ada hampir 8.000 Muslim di Estonia, menjadikan satu persen dari negara yang berjumlah peduduknya 1,2 juta orang. Setelah sholat Ied, Islamic Center di Tallinn menyediakan teh dan kue kecil untuk para jamaah. "Kumpul-kumpul seperti ini sangat penting bagi umat Islam," kata Makhmutova. "Oleh karena itu kita bertemu setelah shalat untuk merayakan Idul adha secara bersama-sama. Setelah itu umat Muslim kemudian pergi untuk melaksanakan pemotongan hewan kurban. Muslim Estonia mulai tertarik untuk melakukan Udhiyah," kata Mufti Muhhamedsin. Namun perayaan dimulai pada hari kedua `Idul Adha. Banyak keluarga memilih untuk merayakan Idul Adha di ruangan terbuka," kata Makhmutova. Kami menyewa sebuah penginapan di sebuah hutan di mana kontes barbecue dilakukan." Para Keluarga juga menyiapkan makanan lezat populer seperti Kabsa (piring yang berisi nasi, daging dan sayur). Mufti Muhhamedsin mengatakan perayaan yang dilakukan diluar ruangan membantu memperkuat hubungan antara Muslim Estonia. Ini adalah kesempatan untuk bertemu orang-orang yang telah lama kita tidak bertemu."
Hal ini juga memungkinkan para pemuda dan anak-anak untuk mengenal satu sama lain dan memperkuat hubungan merekaSetelah beberapa dasawarsa di bawah penindasan pemerintahan Komunis, umat Islam di Eropa bagian utara Republik estonia dapat berbahagia, mereka dapat menikmati perayaan hari besar keagamaan dengan shalat berjamaah dan mengadakan pesta diluar ruangan. Tidak ada pembatasan pada umat Muslim untuk merayakan hari Ied atau melakukan ritual keagamaan mereka," kata Liya Iman Makhmutova, direktur Masyarakat Islam untuk urusan wanita Estonia, kepada IslamOnline.net.

b.      Pendidikan
Selama di bawah pemerintahan Komunis orang-orang akan berkumpul untuk sholat Ied di dalam rumah salah seorang Muslim atau mungkin di kuburan untuk sholat dan merayakan lebaran dengan diam-diam," kenang Makhmutova."Sekarang situasi telah benar-benar berubah." Ada hampir 8.000 Muslim di Estonia, menjadikan satu persen dari negara yang berjumlah peduduknya 1,2 juta orang. Tentang pendidikan dilakukan pada setiap pertemuan.
9.      Islam di Rumania

a.      Keadaan Umat Islam
Romania atau Roumania; bahasa Rumania: România) adalah negara yang terletak di Eropa Tengah dan Tenggara, di bagian utara semenanjung Balkan dan berbatasan dengan Laut Hitam. Hampir seluruh delta sungai Donau terletak di wilayah Rumania. Negara ini berbatasan dengan Hongaria dan Serbia di barat, Ukraina dan Republik Moldova di timur laut, dan Bulgaria di selatan.
Sejarah mencatat bahwa bangsa Dacia, Kekaisaran Romawi, Kekaisaran Bulgaria, Kerajaan Hongaria, dan Kesultanan Utsmaniyah pernah menguasai wilayah ini. Sebagai sebuah negara, Rumania terbentuk pada tahun 1859 dari penyatuan wilayah Moldavia dan Wallachia, dan memperoleh pengakuan internasional pada tahun 1878. Pada tahun 1918, Transilvania, Bukovina dan Bessarabia menyatakan bergabung dengan Rumania. Pada akhir Perang Dunia II, Uni Soviet menduduki sebagian wilayahnya (kira-kira meliputi seluruh wilayah Moldovamodern) dan Rumania menjadi anggota Pakta Warsawa. Dengan runtuhnya Tirai Besi pada tahun 1989, Rumania memulai reformasi politik dan ekonomi. Dalam menghadapi masalah ekonomi pasca-revolusi, negara ini menerapkan pajak rendah pada tahun 2005 dan bergabung dengan Uni Eropa pada 1 Januari 2007. Meskipun tingkat pendapatan Rumania termasuk salah satu yang terendah di Uni Eropa, reformasi telah meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Rumania kini termasuk negara yang memiliki pendapatan menengah ke atas. Reformasi telah meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Rumania kini termasuk negara yang memiliki pendapatan menengah ke atas. 
Menurut sumber-sumber yang banyak beredar di Rumania, Islam pertama kali muncul ketika Pemimpin Sufi Sari Saltik datang ke wilayah ini selama Zaman Bizantium. Kehadiran Islam di Utara Dobruja kemudian diperluas oleh Khilafah Usmani yang melihat terjadinya imigrasi berturut-turut. Di Wallachia dan Moldavia, dua kerajaan Danubian, zaman Usmani itu tidak terjadi pertumbuhan jumlah kaum Muslim, yang kehadirannya di sana tetap kecil. Juga pertempuran antara Khilafah Usmani dengan Kekaisaran Habsburg menyebabkan banyak kaum Muslim pindah ke jantung negeri Islam
b.      Pendidikan
Tidak ada terlihat pendidikan umat Islam disana karena terlalu kecil jumlah dibandingkan agama lain. Di bawah pemerintahan Komunis orang-orang akan berkumpul  di dalam rumah salah seorang Muslim atau mungkin di kuburan untuk sholat dan lainnya dengan diam-diam.
Agama Islam di Rumania dipeluk oleh hanya 0,3 persen dari penduduknya, ini sama dengan sekitar 60.000 orang saja, tetapi memiliki lebih dari 800 tahun tradisi di Dobruja Utara, sebuah daerah di pantai Laut Hitam yang merupakan bagian dari Khilafah Usmani selama hampir lima abad (sekitar tahun 1420-1878).  Di Rumania saat ini, sebagian besar pemeluk Islam berasal dari etnis Tatar dan masyarakat Turki. Sebagian besar Muslim Rumania adalah Sunni yang mengikuti mazhab Hanafi. 97% Muslim Rumania Muslim adalah penduduk dua wilayah yang membentuk Dobruja Utara: 85 % nya tinggal di Constanţa, dan 12 % di Tulcea. Sisanya terutama mendiami pusat-pusat perkotaan seperti Bucharest, Braila, Calarasi, Galaţi, Giurgiu, dan Drobeta-Turnu Severin.
Secara keseluruhan, Rumania memiliki 80 masjid, atau, menurut catatan Kementrian Kebudayaan dan Agama Rumania, ada 77 mesjid. Kota Constanţa, dengan Mesjid Carol I merupakan tempat Muftiyat, yang adalah pusat Islam Rumania; Mangalia, dekat Constanţa, adalah tempat bagi sebuah masjid monumental yang dibangun pada tahun 1525. Kedua masjid itu diakui Negara sebagai monumen bersejarah, seperti juga yang ada di Hârşova, Amzacea, Babadag dan Tulcea. Ada juga 108 kuburan Islam di Rumania.

10.  Islam di Ukraina – Krimea

a.       Keadaan Umat Islam
‘Ukraina adalah salah satu negara Eropa. Muslim Ukraina adalah bagian dari komunitas Muslim Eropa,” begitu tutur Presiden Federasi Organisasi Islam Eropa (FIOE), Shakib Benmakhlyuf. Keberadaan komunitas Muslim di wilayah negara bekas Uni Soviet ini sudah terlacak sejak abad ke-15. Pada masa itu, komunitas orang Tatar mendirikan sebuah negara di wilayah semenanjung Crimea (daerah selatan Ukraina–Red) yang dikenal sebagai negara Crimean Khanate.
Orang-orang dari suku bangsa Tatar inilah yang menjadi cikal bakal berkembangnya komunitas Muslim di Ukraina. Karena itu, mayoritas umat Islam di Ukraina berasal dari etnis Crimean Tatar yang tinggal di semenanjung Crimea. Namun, karena invasi Rusia pada abad ke-18, wilayah kerajaan Crimean Khanate yang saat itu berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Ottoman berhasil ditaklukan. Penaklukan oleh Kekaisaran Rusia ini menyebabkan sekitar 160 ribu penduduk Muslim dari etnis Tatar terpaksa meninggalkan Crimea. Jadilah wilayah kantong Muslim ini dikuasai oleh Kekaisaran Rusia yang kemudian berganti nama menjadi negara Uni Soviet.
Pada saat berlangsungnya Revolusi Rusia, agama Islam dianut oleh sepertiga penduduk Crimea. Hampir semua kota besar di Crimea memiliki penduduk Muslim dalam jumlah signifikan. Namun, ketika Stalin berkuasa, ia mengeluarkan kebijakan yang mendorong terjadinya deportasi massal terhadap warga Muslim Crimea di tahun 1944. Saat itu, hampir 200 ribu orang Crimea dideportasi ke kawasan Asia Tengah, seperti Uzbekistan, Kazakhstaan dan beberapa wilayah kekuasaan Rusia lainnya. Akibat deportasi ini, diperkirakan sekitar 45 persen dari seluruh umat Islam Crimea meninggal dunia karena kelaparan dan serangan penyakit antara 1944-1945.
Pada tahun 1967, pemerintahan baru Uni Soviet mengeluarkan keputusan yang memungkinkan dilakukannya repatriasi para warga Muslim Crimea ke tanah kelahiran mereka. Repatriasi tersebut baru terealisasi mulai tahun 1989. Pengaruh kekuasaan Uni Soviet atas wilayah ini baru berakhir sesudah keruntuhan negara komunis tersebut pada tahun 1991. Sejak saat itu, Ukraina menyatakan diri sebagai sebuah negara yang berdaulat dan merdeka.
Sejak memerdekakan diri hingga kini, jumlah populasi Muslim di Ukraina terus bertambah. Mengacu pada hasil survei tahun lalu, jumlah penduduk Muslim di Ukraina mencapai dua juta jiwa dari total penduduk 47,5 juta jiwa. Selain bangsa Tatar, populasi Muslim Ukraina berasal dari rumpun bangsa Kaukasia dan Chechen yang merupakan kaum imigran.
Dukungan dari Pemerintah Ukraina ini membuat kegiatan komunitas umat Islam di negara tersebut lebih berkembang pesat dibandingkan komunitas Muslim di negara-negara Eropa Timur lainnya. Untuk lebih memajukan syiar Islam di Ukraina, melalui Direktorat Spiritual Muslim Ukraina, komunitas Muslim di sana menjalin kerja sama dengan Federasi Organisasi Islam Eropa (FIOE).
Kepala Direktorat Spiritual Muslim Ukraina, Mufti Said Ismagilov, menuturkan, kerja sama dengan FIOE ini juga dilakukan dengan ikut bergabungnya komunitas Muslim Ukraina dalam Charta Muslim Eropa. Sebelumnya, Muslim Ukraina tidak bergabung dengan Direktorat Spiritual Muslim mana pun. ”Saya dan seluruh Muslim Ukraina percaya bahwa adopsi Charta Muslim Eropa dapat meningkatkan aktivitas kami di antara negara-negara Eropa,” kata Said.
Kegiatan keagamaan yang dilakukan warga Muslim di Ukraina semakin marak saat Ramadhan tiba. Sebagai warga minoritas, bulan Ramadhan menjadi bulan spesial bagi warga Muslim Ukraina. Arifof menjelaskan, pada bulan Ramadhan, jumlah anak-anak yang belajar menghafal Alquran semakin meningkat. Tak heran jika beberapa tahun belakangan ini Ukraina turut mengirimkan utusannya dalam kompetisi hafalan Alquran (Musabawah Hifzh al-Qur’ani).
Muslim Ukraina juga memanfaatkan bulan Ramadhan untuk melakukan kampanye tentang Islam dengan memberikan penjelasan dan pengenalan tentang Islam pada rekan-rekan mereka yang non-Muslim.”Kami sedang melakukan upaya keras untuk memberikan pendidikan bagi Muslim dan non-Muslim tentang Ramadhan,” kata Ketua Federasi Organisasi-organisasi Sosial (Arraid) di Ukraina, Ismail al-Kadi. ”Sungguh luar biasa, setelah non-Muslim menerima brosur tentang Islam dan Ramadhan yang kami sebarkan, banyak di antara mereka yang memeluk Islam pada bulan Ramadhan,” tambahnya.
Kekhawatiran generasi tua Meski kehidupan keagamaan di Ukraina berkembang pesat, timbul kekhawatiran di kalangan generasi tua Muslim Ukraina. Pengaruh budaya asing yang saat ini melanda generasi muda Muslim di Ukraina diyakini para kaum tua ini akan mengikis pemahaman keislaman mereka secara perlahan. Untuk itu, kalangan tua komunitas Muslim Ukraina mulai menggagas diselenggarakannya acara-acara keislaman yang menarik minat generasi muda. Seperti halnya kegiatan yang digagas komunitas Muslim di distrik Viline Bahchisarayskogo. Pada pengujung tahun lalu, komunitas Muslim setempat mengadakan festival yang disebut dengan Kurban Bajram. Dalam festival tersebut, dipertunjukkan berbagai kesenian Islam, permainan, dan kuis. Festival tersebut diselenggarakan dalam rangka merayakan hari raya Idul Adha. Hal ini mengingat para generasi muda Muslim Ukraina kerap memberikan perhatian besar untuk merayakan hari perayaan yang tidak dikenal dalam ajaran Islam, seperti perayaan tahun baru masehi dan hari valentine. Padahal, kaum Muslim memiliki perayaan sendiri, seperti hari Idul Fitri dan Idul Adha.
Federasi itu menggelar program “45 Weekly Schools” yang mengajarkan bahasa Arab serta budaya dan ilmu pengetahuan berbasis Islam untuk lebih mengenalkan Islam pada masyarakat Ukraina. Layanan ini diberikan secara gratis. Pesertanya kebanyakan kalangan mahasiswa dan profesor.
Menurut Dr. Shawer, mereka ingin tahu budaya Arab agar bisa berkomunikasi lebih baik lagi dengan para mahasiswa Arab yang sedang menuntut ilmu di universitas-universitas di Ukraina. “Tak sedikit mahasiswa yang akhirnya memeluk Islam saat proses pendidikan atau setelah menyelesaikan pendidikan” sambung Dr. Shawer. Hal serupa diungkapkan Dr. Igor Vlasov. “Sekolah ini mendekatkan saya dengan dunia Arab. Sekarang saya merasa lebih banyak tahu tentang Islam dan Muslim”, imbuhnya.  Dari 48 juta penduduk Ukraina, jumlah warga Muslimnya hanya sekitar dua juta orang. Tapi terdapat lebih dari 200 masjid dan 20 Islamic Center di negeri itu, subhanallah. Semoga kita di Indonesia, dengan penduduk muslim yang jauh lebih banyak, dapat belajar bersemangat mempelajari Islam dari warga Ukraina.
b.      Pendidikan Islam
Sistem Pendidikan Perguruan Tinggi Pendidikan tinggi di Ukraina merujuk pada keseluruhan sistem pendidikan di atas tingkat sekolah lanjutan. Sistem ini meliputi sekolah teknik dan kejuruan di tingkat pertama, perguruan tinggi teknik dan kejuruan di tingkat kedua, dan sekolah tinggi serta universitas, yang dianggap tingkat ketiga dan keempat. Dalam tulisan ini, kita akan berfokus pada pendidikan universitas, sehingga istilah "pendidikan tinggi di Ukraina" berarti pendidikan di tingkat universitas. Pendidikan tinggi di Ukraina dimulai dengan keberhasilan menyelesaikan pendidikan lanjutan dan melewati ujian masuk universitas. Ujian ini dikordinasikan dan diawasi oleh Kementerian Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Ukraina. Gelar yang diberikan pada saat penyelesaian program meliputi Sarjana, Master dan Doktor. Meski terdapat sejumlah gelar yang diberikan di antara gelar tersebut, ketiga gelar yang disebutkan di atas merupakan gelar yang paling strategis. Durasi minimal pendidikan universitas yang diperlukan untuk memperoleh gelar universitas adalah empat tahun ajaran untuk program sarjana.
Program studi kedokteran memerlukan jangka waktu lebih lama, hingga enam tahun. Program M.Sc. (Magister Ilmu Pengetahuan) dan PhD. (Doktor) memerlukan pertambahan waktu, dari satu hingga lima tahun atau lebih, tergantung program, jurusan, gelar yang dikejar dan komitmen pelajar. Pelajar Ukraina belajar dalam bahasa nasional mereka, sementara pelajar asing memiliki pilihan bahasa Ukraina atau Inggris. Pilihan ini tergantung pada ketersediaan program dalam bahasa Inggris. Pelajar asing yang memilih belajar dalam bahasa Ukraina atau Rusia harus melewati satu tahun kursus persiapan bahasa, di mana mereka menjalani pelajaran bahasa dan kursus persiapan yang berhubungan dengan disiplin ilmu yang akan dipelajari. Pada saat kelulusan, mereka akan menerima setifikat keahlian bahasa tambahan, sebagai ganti dari pertambahan waktu yang dihabiskan.
Seorang pelajar yang belajar dalam bahasa Inggris melewatkan tahap persiapan ini, tetapi dia akan mempelajari bahasa Inggris sebagai mata kuliah terpisah dalam program akademis mereka. Satu tahun ajaran dimulai pada 1 September hingga 31 Juni. Masa waktu ini dibagi ke dalam dua semester diselingi istirahat musim dingin selama dua minggu pada Januari, dan libur panjang dari 1 Juli hingga 31 Agustus. Bagi pelajar asing yang tiba di Ukraina untuk pertama kalinya, tanggal permulaan akademik mereka tergantung pada pilihan bahasa belajar mereka. Jika pelajar tersebut belajar dalam bahasa Inggris, maka pelajar itu diharuskan tiba lebih awal agar mempersiapkan diri untuk kegiatan akademik pada 1 September. Namun, bagi pelajar yang harus mengikuti program pembelajaran bahasa dizinkan untuk datang setelahnya, untuk memulai kelas bahasa. Perlu diingat: Jika Anda melewatkan beberapa kelas Anda harus menggantikannya dengan kelas tambahan. Gelar Sarjana di Ukraina meliputi 4 tahun ajaran (3 tahun dan 10 bulan) dan setara dengan 247 SKS; Gelar Magister 2 tahun ajaran (1 tahun dan 10 bulan) dan setara dengan 120 SKS; Program Doktor dan D.Sc. berlangsung selama 3 tahun ajaran. Sekolah Persiapan berlangsung 1 tahun ajaran (10 bulan). Setiap minggu akademik sama dengan 54 jam akademik atau sama dengan 1.5 kredit. Pelajar asing harus mengikuti aturan dan pedoman yang sama yang mengatur pendidikan tinggi di Ukraina. Satu-satunya persyaratan tambahan adalah pelajar asing diharuskan untuk mensahkan ijazah mereka kepada Kementerian Luar Negeri pada saat kelulusan. Hal ini menegaskan bahwa ijazahnya benar-benar dikeluarkan dari universitas Ukraina bonafit dan terakreditasi. Kegagalan dalam melakukan legalisasi ini mungkin membuat ijazah berada di bawah pengawasan ketat, dan dalam beberapa kasus, ditolak atau dibatalkan ketika diajukan.
Ukraina memiliki populasi yang padat dari pelajarnya yang mengenyam pendidikan tinggi, dalam bidang dan spesialisasi berbeda-beda. Di antara populasi ini adalah komunitas pelajar internasional yang terus berkembang, yang datang ke Ukraina tiap tahunnya untuk tujuan pendidikan. Sistem pendidikan tinggi di Ukraina menampung penggabungan pelajar asing, dengan pemberian ijazah yang diakui secara internasional pada saat kelulusan. Ijazah tersebut kemudian disahkan oleh Kementerian Luar Negeri, untuk keabsahan. Jika negara asal pelajar membina hubungan diplomatis bersama Ukraina, pihak negara asal juga membubuhkan cap konsuler pada ijazah dan transkrip nilai, untuk kebenaran lebih lanjut. Tidak seperti banyak negara-negara Eropa lainnya, pendidikan tinggi di Ukraina memiliki perbandingan biaya yang lebih murah. Sebagai sebuah negara berdaulat muda, Ukraina stabil secara sosial, dengan penerimaan yang hangat bagi pelajar asing. · Fakultas Sejumlah fakultas utama yang terkemuka di antara pelajar internasional yang ditawarkan dalam bahasa Ukraina, Inggris dan Rusia adalah: · Teknik Penerbangan · Rekayasa Pesawat Terbang · Arsitektur · Akuntansi dan Audit · Manajemen Pertanian · Perbankan & Keuangan · Elektronika Biomedis · Administrasi Bisnis · Teknik Sipil · Teknik Komputer & Perangkat Lunak · Ilmu Komputer · Teknik Kimia · Kedokteran Gigi · Teknik Listrik · Perlindungan Ekologi & Lingkungan · Ekonomi & Pemasaran · Ekonomi & Sibernetika · Teknologi Pangan · Kedokteran dan Pembedahan · Teknik Listrik Umum · Manajemen Hotel & Pariwisata · Teknologi Informasi · Sistem dan Teknologi Informasi · Teknik Industri · Teknik Medis · Teknik Metalurgi · Teknik Mesin · Teknik Kelautan · Mesin Pertambangan dan Kelistrikan · Teknologi Nuklir · Keperawatan · Teknik Minyak dan Gas · Farmasi · Sekolah Pilot · Pasca sarjana dan penelitian · Pengukuran Tanah & Geo-Informatika · Kedokteran Hewan
11.  Islam di Azerbaijan
a.       Keadaan Umat Islam
Baku, Ibukota Azerbaijan merupakan kota metropolis ditepian Laut Kaspia. Meski politik negara ini menganut sistem sekuler, namun tetap berupaya mempertahankan ke-Islaman nya. Kehadiran masjid bertebaran di negara ini seperti mudah menemukan masjid Turki di tengah kota Baku diantara 3 Tower Of  Flame yang menjadi ikon kota Baku. 
Sekitar 95% dari total populasi Azerbaijan memeluk agama Islam. Dan diperkirakan 85% dari muslim disana menganut Syi’ah, karena memang secara geografis bertetangga langsung dengan Republik Islam Iran, menempatkan Azerbaijan sebagai negara dengan penganut Syi’ah terbesar kedua di dunia, setelah Iran.  Hanya sekitar 15% muslim disana yang menganut Islam Suni.
Pemerintah Azerbaijan memaparkan peristiwa biadab genosida yang dilakukan Armenia kepada orang-orang Islam di Kota Khojaly, Azerbaijan. Paparan ini disampaikan di Press Room DPR RI,  Kamis (27/6). Azebaijan, negeri berpenduduk muslim itu meminta bantuan pemerintah, yaitu dengan mengakui bahwa yang terjadi di Kota  Khojaly adalah genosida. Karena memang yang kenyataannya adalah genosida. Hal ini untuk mengupayakan proses penyelesaian kasus ini. “Kami ingin Indonesia mengambil langkah pertama ke depan untuk mengakui secara resmi genosida di kota Khojaly oleh Armenia,” kata Dubes Azerbaijan untuk Indonesia, Tamerlan Karayev, pada diskusi terkait “Genosida Khojali” di ruang wartawan Gedung DPR RI Senayan Jakarta, Kamis (27/6).
Genosida adalah sebuah pembantaian besar-besaran secara sistematis terhadap satu suku bangsa atau kelompok dengan maksud memusnahkan (membuat  punah) bangsa tersebut. Genosida Khojaly adalah pembantaian jumlah besar muslim Azerbaijan di kota Khojaly pada tanggal 25 Februari 1992 selama Perang Nagorno-Karabakh. Menurut Azerbaijan, Human Rights Watch dan pengamat Internasional lainnya, pembantaian dilakukan oleh angkatan bersenjata Armenia dengan bantuan Regimen Rusia ke-366.  Jumlah kematian akibat pembantaian ini adalah 613 penduduk, dengan 106 wanita dan 83 anak-anak.
Diskusi yang diselenggarakan Komisi I DPR RI bersama Kedubes Azerbaijan tersebut dibuka wakil ketua Komisi I Ramadhan Pohan, dan menghadirkan pembicara Dubes Azerbaijan  Tamerlan Karayev, anggota Komisi I Muhammad Najib serta pengamat Rizki Ananda Ramadhan. Tamerlan menegaskan pihaknya berkeinginan agar Indonesia, sebagai negara muslim terbesar dan sebagai negara tuan rumah dan pemimpin Konferensi di Palembang Januari 2012 lalu, untuk menjadi penjamin pelaksanaan resolusi tersebut dan mengambil langkah pertama ke depan untuk mengakui secara resmi Genosida Khojali.

b.      Pendidikan Islam

Menteri Pendidikan Azerbaijan Klaim Dirinya Muslim Taat Beragama, Namun Melarang Jilbab di Sekolah Surat kabar “Ad-Daulah al-Islamiyah” mengutip dari berbagai kantor berita, pada 15/12/2010, tentang pengumuman yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan di Azerbaijan, Mesir Merdanov yang larangan memakai  jilbab di sekolah menengah. Menteri ini berkata dalam rangka mempertahankan keputusan larangannya itu:

 “Ayat X, pasal XIV yang berkaitan dengan pendidikan dalam Konstitusi Azerbaijan berisi kewajiban-kewajiban yang diperlukan (untuk pendidikan). Kami tidak membuang ajaran agama, Kami semua muslim, hidup dalam kehidupan Islam, serta menjalankan kewajiban-kewajiban agama. Namun yang diwajibkan atas para siswi sekolah menengah adalah agar mereka datang ke sekolah dengan berpakaian seragam yang telah diwjibkan. Dan selesai sekolah, para anak perempuan bebas memakai pakaian apapun yang mereka inginkan,” kata menteri.

Menurut Kantor Berita Hizbut Tahrir, penjelasan Menteri Azerbaijan ini sungguk sangat kontadiktif. Ia mengklaim dirinya sebagai Muslim yang taat beragama, hidup dalam kehidupan Islam, serta menjalankan kewajiban-kewajiban agama. Namun, pada saat yang sama, ia mengumumkan bahwa pakaian yang sesuai aturan agama (syar’iy), yang diwajibkan agama, justru ia larang di sekolah-sekolah, dengan dalih bahwa Konstitusi Sekuler Azerbaijan, yang bertentangan dengan Islam, mewajibkan yang demikian. Sehubungan dengan hal tersebut, Rabia Aslanova, Ketua Komisi Hak Asasi Manusia di Parlemen Azerbaijan menjelaskan: “Pikiran kami tentang masalah memakai jilbab di sekolah tidak berubah. Sebab sekolah-sekolah di Azerbaijan semuanya adalah sekolah sekuler. Sehingga tidak mungkin membolehkan pemakaian jilbab pada sekolah-sekolah menengah di Azerbaijan." "Jilbab yang berkembang saat ini hanyalah sebuah mode, atau trend yang masih asing di Azerbaijan. Sehingga itu tidak perlu bagi rakyat Azerbaijan. Perempuan-perempuan lansia di Azerbaijan, semua menutupi kepala mereka. Namun penutup kepala yang berkembang di sekolah-sekolah menengah Azerbaijan ini, benar-benar tidak bisa diterima.”  ini, anggota parlementer sekuler non-Muslim di Azerbaijan, negeri Muslim, yang mengatakan bahwa jilbab tidak perlu kecuali untuk kaum perempuan lansia, maka ini merupakan sebuah bentuk pelecehan terhadap agama Allah.

12.  Islam di Georgia
a.       Keadaan Umat Islam

Muslim di Desa Nigvziani Georgia Dilarang Melakukan Shalat di Masjid Presiden Georgia mendesak kepada pemerintahan baru untuk mengintervensi apa yang terjadi desa Nigvziani, menekankan bahwa Georgia adalah negara multi-etnis, yang dikenal sangat toleransi. “Tindakan tersebut bertentangan dengan sejarah tradisional toleransi kita,” kata Presiden Saakashvili. Situasi memanas selama beberapa hari di desa Nigvziani, Lanchkhuti wilayah Georgia. Masalah meletus setelah penduduk setempat melakukan aksi protes untuk melarang migran Muslim dari wilayah Adjara tetangga untuk shalat. Mencoba untuk melarang shalat, penduduk desa, yang didominasi Kristen ortodoks, berkumpul di luar masjid mengatakan mereka tidak akan membiarkan umat Islam shalat di tanah mereka dan mengancam akan ada pertumpahan darah. Imam Muslim Archil Kakhadze mengatakan umat Islam akan tetap mengadakan shalat, karena itu hak sah mereka. Sejumlah besar polisi dikerahkan dan berhasil meredakan situasi pada saat Mufti muslim Georgia Jemal Paksadze tiba untuk bernegosiasi dengan pemerintah setempat.

Menurut para pemimpin Muslim setempat, jumlah penduduk Muslim di Georgia sekitar satu juta dari total penduduk 5 juta. Namun, sumber-sumber pemerintah mengatakan bahwa populasi Muslim hanya berkisar 400.000 hingga 500.000. Mayoritas Muslim menghuni di kota-kota, dan desa-desa yang berbatasan dengan Turki dan Azerbaijan, dan berasal dari Turki serta Azeri. Terdapat juga Muslim Georgia asli, yang baru saja memeluk Islam, namun jumlah mereka hanya berkisar ratusan.
Masjid-masjid di Georgia beroperasi di bawah pengawasan Departemen Muslim Georgia, yang didirikan pada Mei 2011. Pada tahun 2010, Turki dan Georgia menandatangani perjanjian dimana Turki akan menyediakan dana dan keahlian untuk merehabilitasi tiga masjid dan membangun kembali masjid keempat di Georgia.

b.      Penddidikan Islam
REPUBLIKA.CO.ID, Semuanya berubah di Georgia. Negara yang dulu sempat sengsara di bawah kekuasaan Soviet, kini merasakan kebebasannya. Termasuk kebebasan dalam beragama.  Tak bisa dibendung, Islam berkembang cukup pesat di wilayah ini dalam satu dekade terakhir. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya perempuan di negara tersebut yang menggunakan jilbab dan niqab. “Sekarang kita bisa melihat perempuan yang menggunakan hijab dan bergabung dengan perempuan yang menggunakan pakaian dengan gaya barat. Mereka tidak dibeda-bedakan dan bisa hidup bersama,” ujar seorang pengusaha lokal, Ibrahim Mohammadove kepada OnIslam.net.
Tak hanya itu, muslim di Georgia pun kini bisa dengan mudah mendapatkan pendidikan agama Islam. Ibrahim menyatakan, kini Alquran yang telah diterjemahkan ke bahasa Turki dan Rusia sangat mudah didapatkan di kota-kota besar, misalnya di Tbilisi. Selain itu, semakin banyak pengajian dan forum pembelajaran Islam dan Alquran yang dilakukan di tempat tersebut, bentuknya seperti majlis taklim.
Mencari makanan halal pun kini tidak jadi masalah di Tbilisi. Padahal kota ini sangat terkenal dengan anggur olahannya yang beragam. Daging halal juga dengan mudah dijumpai di banyak pusat perbelanjaan besar di kota itu. Produk halal yang dijual di sana memiliki label yang mudah dikenali yang dilisensi oleh pemerintah Arab ataupun Persia. Beberapa ratus muslim Georgia berangkat haji ke Makkah setiap tahunnya. Aktivitas ini bisa saja meningkat bila tidak ada kendala finansial yang dihadapi oleh sejumlah Muslim di Georgia. Selain itu, menurut Thamais, seorang muslim Georgia yang mengunjungi tanah suci pada 2009, masih banyak muslim Georgia yang belum paham betul kewajiban berhaji. “Jangan bandingkan kami dengan muslim yang hidup di negara muslim. Kami saat ini baru dalam tahap pengenalan akan Islam,” ujarnya. Dia menambahkan, muslim di Georgia harus melewati jalan yang panjang untuk meruntuhkan dinding anti-agama yang dibangun oleh Soviet. Hingga kini tidak ada lagi pelarangan bagi para muslim untuk mengunjungi masjid dan mempelajari Alquran.

13.  Islam di Finlandia
a.       Keadaan Umat Islam
Terdapat sekitas 40.000 sampai 45.000 muslim di antara 5,2 juta penduduk Finlandia. Islam diperkenalkan ke Finlandia oleh Tatar Baltik atau perantau Turki pada akhir abad ke-19.Tatar Baltik tiba di Finlandia sebagai pedagang dan tentara pada akhir abad ke-19. Mereka kemudian bergabung dengan masyarakat lainnya.
a.       Pendidikan Islam

Sekolah Finlandia Perkenalkan Ajaran Islam Ingin mengajarkan generasi muda tentang Islam, Finlandia telah memperkenalkan buku pelajaran tentang agama Islam dan tradisi Islam di sekolah umum."Cerita-cerita diatur di Finlandia sehingga peristiwa akan memiliki resonansi dengan kehidupan para murid," kata Suaad Onniselka, seorang penulis buku pelajaran, melaporkan kepada kantor berita Ahlul Bayt.Buku baru "Salam – islamin polku (Salam – Jalan Islam), mengajarkan siswa tentang kalender Islam dan tradisi Islam.Buku itu juga mengajarkan anak muda tentang agama-agama lainnya Finlandia dan pentingnya toleransi bagi orang lain.Buku itu menampilkan dua anak-anak Muslim Finlandia, Fatima dan Adam, yang mengunjungi hutan, peternakan nenek, dan memanggang roti gandum."Status Islam sebagai agama minoritas tercermin dalam kenyataan bahwa kisah-kisah itu juga mengajarkan bagaimana mungkinnya untuk hidup bersama dengan orang lain meskipun agama dan adat istiadat yang berbeda," kata Onniselka, yang mengajar agama Islam di tingkat bawah sekolah komprehensif di Vesala di timur Helsinki. Buku ini dirancang untuk kelas sekolah pertama dan kedua. Buku untuk jenjang yang lebih tinggi saat ini sedang disusun.Buku teks Islam telah memenangkan pujian dari murid muda Finlandia."Cerita-cerita yang baik, karena gadis dan anak itu berperilaku baik terhadap satu sama lain," kata bocah 8 tahun, Sami Dirie.Menurut Inas Ahmad, bocah 8 tahun lainnya, gambar dalam buku Islam itu bagus.

Langkah ini muncul di tengah seruan bagi pemerintah Finlandia untuk meluncurkan sebuah program pelatihan bagi imam Muslim."Sangat penting bahwa anggota komunitas Islam-seperti yang lain agama-memiliki ikatan yang kuat kepada masyarakat Finlandia, bahasa dan budaya," kata Uskup Agung Kari Makinen, kepala Gereja Evangelical Lutheran, mayoritas di Finlandia.Dia mengatakan seminar tentang melek agama dan kerjasama antar agama pada hari Rabu bahwa imam yang berasal dari komunitas Islam di Findlandia akan membantu membuat umat Islam Finlandia merasa di rumah.Finlandia sendiri tidak memiliki formula yang siap untuk program pelatihan nasional imam. Negara Eropa lain, Belanda, telah meluncurkan program pada tahun 2006 untuk melatih para imam dalam upaya untuk mempromosikan integrasi Muslim ke dalam masyarakat."Kita harus mendefinisikan kembali tugas seorang imam dan peran lembaga keagamaan ini di dunia sekarang ini," kata Mohamed El-Fatatry, situs muslim populer, muxlim community."Orang-orang saat ini memiliki identitas individu yang kuat dan tidak akan hanya menerima informasi yang diturunkan."

C.     Kesimpulan
Dari singkat pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa Kehidupan umat muslim di negara Eropa beragam seperti halnya pendidikan yang memang kurang seperti halnya umat muslim di kebanyakan negara eropa. Namun jumlah umat Islam dan masjid di eropa lumayan banyak, dan tidak sulit bagi umat muslim disana untuk mencari tempat untuk melakukan Ibadah.

DAFTAR PUSTAKA
Nielsen, Jorgen., Muslim in Western Europe, second edition.( Edinburgh : Edinburgh University Press, 1995)
Kettani, M. Ali.,  Minoritas muslim di Dunia dewasa ini, (Jakarta: rajawali Press 2005)Islam in Netherlands,
diakses tanggal 4 april 2015 dari:http://www.euro-islam. info/country- profiles /the-netherlands/
dr . M. Saifudin Hakim, MSc., Jejak Islam Di Kota Rotterdam, Negeri Kincir  Angin Belanda, diakses tanggal 7 April 2015 dari : http://muslim.or.id/jejak-islam/jejak-islam-di-kota- rotterdam-negeri-kincir-angin-belanda.html
Hitti, Philip K. 2010. History Of The Arab. Diterjemahkan oleh R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi. Jakarata: PT. Serambi Ilmu Semesta.
Khadhar, Lathifah Ibrahim.2005. Ketika Barat Memfitnah Islam. Diterjemahkan oleh Abdul Hayyie. Jakarta: Gema Insani Press.
Mahmudunnasair, Syed.2005. Islam Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung: PT Remaja Resdakarya.
Yatim, Badri.2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada.Suara Media. 2010. Kehadiran Islam Di Wilayah Balkan. Tersedia http//:www.suaramedia.com/ /islam di eropa/bosnia/11870-kehadiran-islam-di-wilayah-balkan.html. [online] diakses pada tanggal 13 April 2012.
Wikipedia. 2010. Bosnia dan Herzegovina.
Tersedia  http//:www.wikipedia.org/bosnia-herzegovina. [online] diakses pada tanggal 8 Mei 2012.



PENDIDIKAN ISLAM DI EROPAH







Oleh:
H. AHMAD AINANI



Makalah Disajikan dalam Diskusi Kelas pada Mata Kuliah
Pendidikan Agama Islam di Luar Negeri






DOSEN PENGAMPU:
Prof. Dr. H. Mahyuddin Barni, M.Ag.
Prof. Dr. H. Mujiburrahman M.A.
Dr.A. Syaifuddin Ahmad  .M.A
Dr. H. Husnul Yaqin, M.Ed.















PROGRAM DOKTOR (S3) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI
BANJARMASIN
2016


[1][1] Perkembangan-islam-di-inggris.html tersedia di http://lemahbulu.blogspot.com/2011/10/l  Di akses  pada tangal 28 oktober 2012
[2][2] Gilles kepel, ALLAH in thewest pergerakan-pergerakan islam di Amerika dan Eropa,(Yogyakarta: Jendela 2003) h.159
[3][3]M.Ali Kettani. Minoritas Muslim Dewasa Ini. Cet.l; (Jakarta: Rajawali Press, 2005).

[4][4] Gilles kepel, ALLAH in thewest pergerakan-pergerakan islam di Amerika dan Eropa,(Yogyakarta: Jendela 2003) h.169
[5][5] Gilles kepel, ALLAH in thewest pergerakan-pergerakan islam di Amerika dan Eropa,(Yogyakarta: Jendela 2003) h.171
[6][6] Gilles kepel, ALLAH in thewest pergerakan-pergerakan islam di Amerika dan Eropa,(Yogyakarta: Jendela 2003) h. 172-174.