PENDIDIKAN ISLAM DI EROFAH
Oleh: H.AHMAD AINANI
A. Pendahuluan
1.
Latar Belakang
Sejak
keruntuhan Islam di spanyol (Andalusia) Bagi kaum muslimin, negeri Andalusia adalah
sepenggal kenangan yang selalu hinggap dalam ingatan. Kenangan tentang betapa
kaum muslimin dan risalah Islam yang dibawanya, pernah menguasai sebuah wilayah
di benua Eropa selama kurang lebih 800 tahun atau 8 abad lamanya. Sebuah
rentang waktu yang cukup lama, dan meninggalkan kesan yang cukup mendalam.
Andalusia,
negeri indah dan eksotis, tunduk dalam pemerintahan Islam dari tahun 92 H/711 M
hingga tahun 797 H/1492 M. Kekhilafahan Islam dan dinasti-dinasti kaum
muslimin, berhasil mengubah wilayah di daratan Eropa itu menjadi simbol
kegemilangan peradaban dan kekuatan kaum muslimin. Umat Islam mengisinya dengan
tinta emas kejayaan dan keunggulan peradabannya. Ketika wilayah Andalusia, yang
saat ini terletak di Spanyol dan sebagian kecil Portugal berada di bawah
kekuasaan kaum muslimin, jejak-jejak kecermelangan peradaban mereka menjadi rujukan
bangsa-bangsa Eropa. Bangunan-bangunan dengan estetika dan kemegahan tegak
berdiri. Ilmu pengetahuan dan penelitian berkembang pesat. Para sejarawan yang
meneliti negeri Andalusia banyak menceritakan bagaimana umat Islam yang
bercokol di wilayah itu berhasil memberikan sumbangsih bagi ilmu pengetahuan ke
segala penjuru Eropa.
Eropa merupakan Benua yang cukup
luas, yang pada masa sekarang menjadi pusat peradaban dengan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang maju. Beberapa Revolusi yang terjadi di Eropa mempengaruhi
dunia. Diantaranya adalah Revolusi Industri yang terjadi di Inggris dan disusul
oleh revolusi lainnya seperti di Prancis dan di Jerman. Bahkan ketika
terjadinya perang dunia I dan II yang mendominasinya adalah Eropa.
Namun jika dilihat sejarahnya dari Dark
Age sampai ke zaman Renaissance bisa dikatakan Eropah dipengaruhi
oleh masuknya peradaban Islam ke Andalusia ( Spanyol sekarang). Islam yang pada
masa itu sedang mengalami puncak kejayaannya mencoba untuk memperluas
kekuasaannya ke Benua Eropa. Ketika terjadi perang Salib, Eropa mulai menemukan
titik terang. Mereka menyadari bahwa Eropa sudah sangat tertinggal jauh dari
Islam. Pada akhirnya terjadi suatu zaman pencerahan atau dikenal dengan Renaissance.
Mereka mulai melakukan usaha untuk merubah pola pikir akan pentingnya Ilmu
pengetahuan terhadap kehidupan dunia, sehingga perkembangan di Eropa berawal
dari Ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh Islam dan mereka merasa
termotivasi untuk lebih maju daripada Islam.
2.
Rumusan
Masalah
a.
Bagaimana
Keadaan Umat Islam
b.
Bagaimana
Pendidikan Islamnya
B.
Pembahasan
1. Komunitas lslam di Jerman
Keberadaaan orang-orang Islam
pertama sekali di negeri Jerman tidak terlepas dari masuknya bangsa Turki ke
wilayah tersebut di akhir abad ke 17 yang merupakan respons perlawanan terhadap
kolonialisme Barat. Mereka menetap dan berketurunan di wilayah tersebut. Ketika
bangkitnya industri-industri di Eropah, banyak warga Muslim dari Turki dan
Timur Tengah melakukan migrasi untuk mencari pekerjaan ke Eropah termasuk Jerman.
Tahun 1961, 1963, dan 1965 orang-orang keturunan Turki, Maroko, dan Tunisia
direkrut sebagai pekerja di Jerman atas persetujuan antara pemerintah Jerman
dengan negara-negara bersangkutan. Belakangan warga Muslim dari Libanon,
Palestina, Afganistan, Aljazair, Iran, Iran dan Bosnia juga datang ke Jerman
mengungsi karena negara mereka dilanda perang. Karena merupakan negara maju,
Jerman juga menjadi target bisnis dan pendidikan. Banyak para profesional,
pebisnis, pekerja dan mahasiswa Muslim dari India, Pakistan, dan Asia Tenggara
datang dan sebagian menetap di sana.
Jumlah penduduk Muslim di Jerman
saat ini berkisar 3,7 juta jiwa. Mayoritas adalah keturunan Turki dengan jumlah
lebih dari 2 juta orang. Tidak jelas berapa jumlah Muslim yang berasal dari
Jerman sendiri. Satu laporan dari Lembaga Statistik Khusus umat Islam di Jerman
menyebutkan sedikitnya 18.000-an orang, namun ada dugaan menyebutkan sekitar
40.000 orang.
a. Konversi
Agama ke Islam
Satu fenomena yang menarik
belakangan bahwa tingkat konversi orang-orang Jerman ke Islam cukup tinggi.
Majalah ternama Jerman Der Spiegel pernah
menyebutkan bahwa antara Juli 2004 dan Juni 2005 saja terdapat sekitar 4000
orang di Jerman masuk Islam Menariknya, fenomena ini terjadi justru disaat
media-media Barat gencar mengaitkan Islam dengan terorisme. Apa motivasi
masuknya orang-orang Jerman ke Islam? Monika Wohlrab-Sahr dari Institut
für Kulturwissenschaften Universitas Leipzig dalam studinya menyatakan
“viele auf der Suche nach dem “Andersartigen” (banyak yang sedang
mencari “bentuk lain”). Dalam banyak kasus, katanya. “..die Konvertiten
meist aus einer vorangegangenen Lebenskrise heraus den Islam entdeckten und
nicht, wie oft im Nachhinein geschildert werde, ein tatsächlicher Vergleich mit
anderen Religionen stattgefunden habe. (Banyak pelaku konversi
tersebut mengalami problematika kehidupan dan menemukan solusi dalam Islam,
bukan karena membanding-bandingkannya dengan agama lain, sebagaimana yang kerap
digambarkan). Monika menyebutkan bahwa penekanan terhadap kedisiplinan dan
kepatuhan dalam Islam lebih kuat. Salah seorang muallaf menyebutkan tertarik
pada Islam karena ajaran ini paling jelas merinci tuntunan hidup bagi umatnya.
Ada juga yang mengakui meski Islam saat mundur dari peradaban Barat, namun
ajarannya tetap relevan hingga saat ini.
b. Kebebasan
Beragama
Di Jerman, kebebasan beragama
dijamin oleh Undang-Undang. Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Dasar Jerman (Grundgesetz)
menyebutkan Die Freiheit des Glaubens, des Gewissens und die Freiheit
des religiösen und weltanschaulichen Bekenntnisses sind unverletzlich. (Kebebasan
beragama dan memiliki pandangan filosofis hidup tidak boleh diganggu). Memang
belakangan terdapat beberapa kasus dimana warga Muslim mendapat diskriminasi di
Jerman misalnya dalam masalah jilbab. Namun hal ini bukanlah kasus yang
fenomenal dan tidak merubah kebijakan pemerintah Jerman terhadap umat Islam.
Secara umum, masyarakat Jerman sangat menghargai kebebasan beragama. Sebuah
survey yang pernah dilakukan Stiftung Konrad Adenauer menunjukkan
bahwa dua pertiga peserta polling percaya bahwa umat Islam harus diberikan
kebebasan untuk melaksanakan ajaran agama mereka.
c. Pendidikan
Islam Formal
Berbeda dengan kebanyakan
negara-negara lain di Eropah, Jerman dalam perkembangan terakhir, mulai memperbolehkan
pelajaran agama Islam bagi para pelajar Muslim di sekolah-sekolah umum.
Biasanya pelajaran agama dilakukan orang-orang Islam secara non-formal di
mesjid-mesjid atau kelompok-kelompok masyarakat. Kebijakan baru yang merupakan
hasil dari penggodokan bersama antara pemerintah Jerman dan komunitas Muslim di
Jerman ini adalah salah satu upaya mendukung proses integrasi sosial Muslim di
Jerman. Menurut Wolfgang Schrauber, Menteri Dalam Negeri Jerman, kebijakan
tersebut dapat menjembatani perbedaan yang kerap timbul. Tidak hanya di level
sekolah, pendidikan Islam juga mulai diperkenalkan pada tingkat akademik dengan
membuka Jurusan Teologi Islam di perguruan tinggi di Jerman. Pendidikan pada
tingkat akademik ini dianggap dapat memberi solusi terhadap masalah kehidupan
Muslim dalam keragaman dan juga dapat mengangkat isu partisipasi mereka dalam
diskursus politik di negara tersebut.
d. Mesjid
Sebagai Pusat Pembinaan/ bentuk pendidikan Nonformal
Karena tidak adanya infrastruktur
keagamaan formal, mesjid-mesjid di Jerman memiliki peran yang sangat penting
dalam pembinaan komunitas Muslim. Mesjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat
ibadah, tapi juga sebagai tempat pendidikan/pengajaran, pertemuan sosial
keagamaan, acara perkawinan, dan pusat bisnis. Karenanya tidak sedikit mesjid
yang memiliki toko, restoran, perpustakaan, dan ruang pertemuan. Saat ini
jumlah mesjid di Jerman berkisar 2000, namun sebagian besar tidak dalam
bentuknya yang umum, melainkan ruko-ruko yang berada dekat pusat bisnis dan
perumahan kaum Muslim. Tuntutan kaum Muslimin untuk membangun mesjid dalam
bentuknya yang umum selalu kandas di tingkat parlemen setempat. Namun sejak
tahun 1990-an, banyak mesjid yang utuh dan megah di bangun. Satu laporan
menyebut sekitar 200 telah terbangun dan lebih dari 30 dalam proses
pembangunan.
Sebagai catatan akhir, dapat
dikatakan bahwa perkembangan Islam dan komunitas Muslim di Jerman tampak
memberi dampak yang positif bagi kehidupan masyarakat Jerman. Penerimaan Islam
oleh masyarakat Jerman sendiri menunjukkan agama ini memberikan alternatif bagi
pemecahan masalah kehidupan mereka. Islam tidak lagi diidentikkan sebagai agama
para imigran melainkan agama yang terintegral dari kehidupan mereka sendiri.
Integrasi Islam dan kultur mereka inilah yang akan membangun apa yang dikenal
sebagai “Euro Islam”.
2.
Islam di Inggeris
a.
Awal masuk dan
Perkembangan Islam di Inggeris
Sejarah pertumbuhan komunitas
muslim di Inggris hampir serupa apa yang dialami di Prancis, yaitu melalui
proses imigrasi. Imigrasi muslim ke Inggris mulai berlangsung pada akhir abad
ke-18 dan awal abad ke-19 melalui pendaratan para pelaut yang direkrut oleh
East India Cornpany (Perusahaan India Timur) dari Yaman, Gujarrat, Sind. Assam.
tlen Bengal. [1][1]
Saat
awal imigran muslim India dan Pakistan menetap di Inggris,pengaruh warisan
kultural kerajaan dan struktur politik Negara setempat yang saling mendukung
memperkuat dorongan Negara komunalisme. Selama hampir satu abad, umat islam
harus belajar hidup dengan status minoritas dan jauh dari kekuasan politik di
anak benua India, masyarakat inggris pasca perang memberi ruang bagi identitas kebangsaan yang paralel.[2][2]
Setelah dibukanya terusan Suez
pada tahun 1869 dan sejalan dengan meluasnya ekspansi kolonial Inggris, para
pendatang muslim itu semakin lama semakin banyak dan rnulai membentuk pemukiman
baru di kota-kota pelabuhan seperti Cardiff Shout Shields (Dekat Newcastle),
London, dan Liverpool. Komunitas muslim di negara itu memiliki akar budaya yang
berbeda satu sama lain. M.
Ali Kettani, dalam bukunya "Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini"
mengatakan imigran pertama ke Inggris adalah orang Yaman dari Aden. Mereka
rnenghimpun diri di Cardif dan di situ membangun salah satu masjid pertama di
negeri itu pada tahun 1870. Sebelum pergantian abad datang kelompok muslirn
lain dari India dan menetap di dekat London, di sana mereka membangun masjid
Shah Jehan di Woking.[3][3]
Sekitar
abad ke-19, sejumlah pengusaha muslim juga telah berniaga ke kerajaan Inggris.
Salah satunya adalah perusahaan terkenal "Mohamed’s Baths” yang didirikan
oleh Sake Deen Muhamed (1750-1851). Selain pekerja dan pedagang, pada akhir
abad ke-19 mulai masuk juga kelompok intelektual ke Inggris. Hal ini terlihat
tatkala pada periode antara 1893 hingga 1908, sebuah jurnal mingguan bernuansa
Islami dengan nama "The Cresent", mulai disebarkan di Liverpool.
Pendiri jurnal ini adalah seorang muslim keturunan bangsawan Inggris yang
bernama William Henry Quilliam, yang ditengah komunitas muslim dikenal sebagai
Syekh Abdullah Quilliam, yang berprofesi sebagai pengacara. Dia masuk Islam
pada tahun 1887 setelah lama bermukim di Aljazair dan Maroko. william Henry
Quilliam (Syekh Abdullah Quilliam) bahkan memelopori pembangunan sebuah masjid
yang sangat aktif dan menjadi pusat dakwah di wilayah Inggris. Pertambahan jumlah masjid
dalam perkembangan-perkembangan selanjutnya di Inggris sesungguhnya
mencerminkan peningkatan jumlah komunitas muslim di Inggris. Peningkatan itu
berhubungan erat dengan tahapan sejarah imigrasi kaum muslim secara
besar-besaran dari berbagai negeri muslim ke Inggris tahun 1950-an, dan sebagai
akibat penyatuan kembali keluarga imigran yang diterapkan awal dasarvarsa
1960-an, terutama dari India, Pakistan, dan Bangladesh. Selain itu, sehubungan
dengan terbitnya "Commonwealth Immigration Act" (Undang-undang
Imigrasi Persemakmuran), tahun 1962, yang semakin memberikan kemudahan untuk
menjadi warga negara Inggris bagi warga negara bekas jajahan Inggris, juga
turut rnendorong laju migrasi ini
Pada
tahun 1985, jumlah kaum muslim di Birmingham, yang umumnya terkonsentrasi di
beberapa kawasan pusat kota, di perkirakan berjumlah 80.000 orang( 8 persen
dari total jumlah penduduk). Di kota ini kaum imigran
muslim menempati bagian besar tenaga kerja industri yang tidak terlatih. Di
sini perkembangan masjid sangat cepat pada tahun 1950 dan 1960 didorong oleh
tiga faktor. Pertama, konsentrasi
para imigran di beberapa blok perumahan di masing-masing wilayah membuat lebih
mudah untuk menjalankan ibadah di wilayah masing-masing dari pada harus pergi
ke wilayah tetangga. Kedua, sebelum
bersatu menjadi masyarakat muslim, orang ingin berkumpul dengan saudara-saudara
satu etnis dan asal daerah, bahasa atau dialek. Maka muncul masjid
Punjab,masjid merpuri dan masjid pathan (semua Pakistan). Ketiga ,penafsiran yang berbeda-beda yang dalam islam menyebabkan
timbulnya fragmentasi.
Supermarket
Halal
Pada
akhir tahun 1950-an dan awal 1960-an, masyarakat muslim merasa kesulitan dalam
mengonsumsi makanan halal karena pada tahun ini restoran muslim masih sangat
sedikit. Maka pada tahun 1998 Sher Azam (pengusaha muslim di Bradford)
membangun Supermarket Al-Halal yang
didirikan untuk kaum muslim, Supermarket besar yang karyawan dan kasirnya
mengenakan jilbab ini dibangun sebagai koperasi islam pada 1985. Menurut Sher
Azam, supermarket ini memiliki tiga tujuan, pertama, modal di kumpulkan dari
saham yang berasal dari iuran sukarla anggota muslim, dan dengan demikian,
menerapkan cara pengelolaan modal secara islami, karena dalam hukum islam
melarang investasi dalam bentuk pinjaman kredit yang diasosiasikan dengan
bunga(riba). Kedua, bisnis ini (yang mempekerjakan sekitar empat puluh
karyawan) menyediakan lapangan kerja kaum muda komunitas yang terancam
pengangguran. Ketiga, supermarket ini adalah toko, yang masyarakat muslim dapat berbelanja tanpa
ragu-ragu karena yang di jual di toko itu semuanya halal.[4][4]
b.
Pendidikan Islam di Inggris Berkembang Pesat
Pemerintah
lokal di Inggris mulai merasa khawatir karena tidak ada regulasi mengenai
permintaan untuk pendidikan Islam di Inggris, mengingat bahwa pendidikan Islam
semakin berkembang pesat di sana. Hingga sekolah yang resmi dan tidak resmi-pun
bermunculan demi memenuhi kebutuhan tersebut.
Sementara itu, warga muslim di
Inggris menyatakan bahwa menyekolahkan anak mereka ke lembaga pendidikan Islam
adalah merupakan suatu kebanggan tersendiri bahkan telah menjadi trend nasional
di Inggris. Dan saat ini, kurang lebih ada 140 sekolah Islam, namun hanya 12
sekolah yang di danai oleh pemerintah. Sekitar 60 di antaranya dibuka dalam 10
tahun terakhir, beberapa dalam beberapa bulan terakhir. Permintaan orang tua
tampaknya menjadi besar. Satu sekolah di Birmingham baru-baru ini menerima
pendaftaran 1.500 calon siswa, pahadal kursi hanya 60 buah. Setidaknya lima
sekolah Islam saat ini diterapkan sebagai sekolah gratis, meskipun sejauh ini
hanya satu telah disetujui.
Menurut Dr Ghayasuddin
Siddiqui, pendiri Muslim Institute Inggris, ada perasaan
yang berkembang di kalangan orang tua Muslim bahwa sekolah umum tidak melayani
anak-anak mereka dengan baik. “Orang tua lebih dan lebih prihatin tentang
kualitas pendidikan dan tentang disiplin,” katanya. Seorang kepala sekolah di
utara Inggris, menggambarkan bagaimana sebuah sekolah Islam telah buka dua
tahun lalu tanpa izin. “lalu dioperasikan selama sekitar enam bulan, tanpa
pendaftaran, dan kemudian terpaksa ditutup. Tapi tak butuh waktu lama setelah
statusnya terdaftar dan dibuka kembali,” katanya. Pihak Asosiasi Sekolah Muslim
(AMS) mengakui seiring meningkatnya permintaan, banyak sekolah Islam berdiri
tanpa izin. Inggris memiliki 2,5 juta Muslim dan jumlah ini meningkat cepat.
c. Sekolah Islam di Inggris Kebanjiran Peminat, Satu Kursi 'Diperebutkan' 25 Orang ( sumber : REPUBLIKA.CO.ID, LEICASTER )
Siswi di sekolah
Islam Inggris
Kebutuhan untuk pendidikan Islam di Inggris semakin berkembang. Orang tua
muslim kini semakin banyak yang ingin mendaftarkan anaknya ke sekolah Islam.
Selama 10 tahun terakhir, sekitar 60 sekolah Islam telah dibuka. Satu sekolah
Muslim di Birmingham, Al-Hijrah bahkan telah memperkenalkan sistem undian untuk
menentukan muridnya. Satu kursi direbutkan oleh 25 orang tua. Namun, umat
muslim di Inggris kini menghadapi aturan baru yang lebih ketat untuk membuka
‘sekolah fleksibel’ berbasis Islam yang baru. Dinas pendidikan ingin memeriksa
secara rinci kurikulum yang diajarkan pada sekolah Islam tersebut.
"Departemen Pendidikan ingin segalanya dilakukan enam bulan di muka. Mereka
ingin rencana pembangunan dan secara seksama mengawasi kami," kata
direktur pendidikan Manara, Fatima D'Oyen. Sekolah Manara mengajarkan
tentang Islam, geografi, seni, dan mata pelajaran teknologi modern lainnya
seperti berkebun. Sekolah ini hanya masuk tiga kali sepekan. Muridnya terdaftar
sebagai home-educated. "Jadi secara hukum kita seperti sekolah tambahan
tapi selama seharian," kata D'Oyen.
Sekolah Islam umumnya menggunakan waktu pagi hari untuk belajar. Sore
hari, anak-anak diberi kesempatan untuk belajar seni dan kerajinan.
"Kami ingin anak-anak belajar untuk bekal mereka dan juga memiliki
kreativitas," ujar dia seperti dikutip Guardian. Melihat meningkatnya
jumlah "sekolah fleksibel" seperti Manara, dewan kota telah meminta
pemerintah untuk mengatasi masalah ini. Tapi, D'Oyen percaya bahwa orang tua
murid tetap akan melakukan yang terbaik bagi anak-anak mereka.
"Kenyataannya adalah bahwa kebanyakan umat Islam mendirikan sekolah Islam,
baik paruh waktu maupun penuh untuk mendapatkan pendidikan yang baik." Ada
sekitar 140 sekolah Islam di Inggris, hanya 12 yang mendapatkan dana dari
pemerintah. Setidaknya lima sekolah Islam diusulkan sebagai sekolah
gratis. Baru satu sekolah yang telah disetujui.
Banyaknya permintaan terhadap sekolah Islam konon disebabkan sekolah umum
tidak dapat melayani dengan baik. "Jika sekolah difokuskan pada
peningkatan standar dan memastikan bahwa ada disiplin, saya pikir kebanyakan
orang akan senang dengan itu," kata pendiri Muslim Institut, Dr
Ghayasuddin Siddiqui. Namun, menurutnya orang tua banyak meng mengkhawatirkan
tentang kualitas pendidikan, dan disiplin. Umat Islam Jumlahnya hampir mencapai
2,5 juta, mayoritas mereka berusia antara 13 dan 25 tahun.
d.
Perjuangan
dalam Pendidikan Islam
Sistem
pendidikan inggris didasarkan pada pemisahan kewarganegaraan dan kebangsaan,
sistem persekolahan Negara tidak sekuler
dalam pengertian sekolah di jadikan untuk membentuk warga Negara yang memiliki
hak dan sistem nilai yang sama agama di keluarkan sepenuhnya dari wilayah
publik. Kurikulum yang mencakup pendidikan agama, tidak terlalu mengejutkan
bagi Negara yang dengan tradisi agama yang mapan dan kepala negaranya juga
merupakan kepala gereja inggris. Undang-Undang pendidikan 1994 (di tetapkan
pada saat imigran masyarakat muslim mulai di persoalkan) menyatakan
pelajaran di sekolah di mulai dengan sesi pertemuan berupa pembacaan perjanjian
lama dan baru. Hal ini membuat
Kristianitas menjadi elemen dasar pendidikan sipil dan melestarikan identitas
Kristen.[5][5]
Ketika
anak-anak generasi pertama keluarga muslim masuk ke dalam sistem pendidikan
inggris pada akhir 1960-an, para aktivis masjid dan kelompok-kelompok islam
menghadapi persoalan kultural yang sangat serius, karena teman-teman sebaya
mereka yang berasal dari latar belakang kultural yang berbeda, sedangkan orang
tua mereka tetap tinggal di kalangan orang muslim. Karena khawatir akan
mempengaruhi identitas islam maka pada tahun 1966 lahirlah Muslim Educational Trust. Organisasi yang muncul dari gerakan ini
di pimpin seorang dosen studi bisnis di sebuah universitas Bengali yang
mengabdikan energinya untuk dakwah islam ke seluruh dunia. Publikasi
perserikatan yang didesain untuk melestarikan identitas cultural islam yang
spesifik dan mencegah asimilasi para pelajar muslim dalam masyarakat Inggris.
Pendidikan agama islam di Inggris yang di harapkan dapat menjaga identitas
anak-anak muslim dari pengaruh masyarakat barat yang permisif dan matrealistik
di pandang tidak memadai. Dan disekolah-sekolah negeri, ajaran Kristen
mendominasi kurikulum, terutama dalam pelajaran sejarah dan bahasa inggris. Di
samping itu, kebanyakan sekolah Inggris tidak memisahkan siswa perempuan dan
laki-laki, padahal ALLAH tidak menciptakan perempuan dan laki-laki secara
identik, dan karena itu pula Islam menuntut agar anak laki-laki dan perempuan
duduk secara terpisah. Para orang tua menuntut agar perserikatan, menekan
otoritas pendidikan agar mempertahankan sekolah perempuan. Seragam sekolah
harus memberikan kelonggaran kepada siswi muslim untuk mengenakan busana muslim
(jilbab, rok panjang dan jubah) dengan warna sama dengan seragam sekolah.
Makanan yang disediakan di sekolah harus halal meskipun itu dari hewan, tapi
tata cara penyembelihannya menggunakan tata cara islam. Pada akhirnya sekolah
juga harus menyediakan musholla dan pada hari jumat, para pelajar muslim harus
di perbolehkan pergi meninggalkan sekolah untuk menjalankan shalat jumat
bersama dengan umat lain kecuali sekolah bersedia menyediakan imam untuk
memimpin shalat.
Di
sini, Muslim Educational Trust menuntut
dua bentuk tuntutan, Pertama, menuntut
sejumlah ketetapan yang memungkinkan para pelajar muslim dapat menjalankan hukum
islam secara ketat dengan memberikan kelonggaran atas beberapa peraturan umum. Kedua menuntut perbaikan muatan
kurikulum karena dianggap mengarah kepada budaya permisif dan erat dengan nilai
Kristen.[6][6]
Pada
tahun 1951, penduduk muslim di negara itu diperkirakan baru mencapai 23.000
jiwa. Sepuluh tahun belakangan, populasi penduduk muslim di Inggris mcniadi
82.000, dan pada tahun l97l sudah mencapai 369.000 jiwa. Sebuah survei
tahun 2009 sikap Muslim Inggris masih sangat konservatif terhadap isyu-isyu
yang memang sensitif dalam Islam homoseksualitas dan hukuman mati.
Sebagian besar
Muslim di Inggris tinggal di Inggris dan Wales: dari 1.591.000 Muslim yang
tercatat pada sensus tahun 2001, sebanyak 1.536.015 tinggal di Inggris dan
Wales, di mana mereka membentuk 3% dari populasi pada tahun 2001; sebanyak
42.557 tinggal di Skotlandia, membentuk 0,84% populasi; dan sebanyak 1.943
tinggal di Irlandia Utara. Dan saat ini. jumlah
penduduk muslirn di Inggris sekitar 2 juta jiwa.
3.
Islam di Belanda
a. Keadaan Umat Islam
Masuknya islam di Belanda diawali ketika adanya migrasi yang
melibatkan kaum muslim ke negri belanda yang dimulai sekitar pertengahan abad
ke-20. kelompok-kelompok kecil yang pertama tiba yaitu dari Indonesia sebagai
negara jajahannya, yang baru merdeka pada waktu itu. Di antaranya berasal dari
tentara Maluku dari Hindia Belanda yang berjumlah sekitar seribu orang, yang
sebagian kecil orang beragama Islam. pada awalnya mereka tinggal di penginapan
kamp sementara dinegara tersebut, tapi setelah beberapa tahun mereka pindah ke
rumah-rumah yang lebih permanen dan menetap disitu.[1] Di
sisi lain, Sebagian besar Muslim pada saat itu di Belanda datang dari
suriname, yang juga negara negara jajahan belanda. Sejak sekitar pertengahan
tahun 1960-an terjadi migrasi tenaga kerja dari negara tersebut, yang
jumlahnya mencapai 5.500 orang pada tahun 1970. Jumlah ini terus mengalami
kenaikan yang puncaknya pada 1975, mencapai 36.000 orang. hal ini
dikaitkan dengan kemerdekaan suriname pada saat itu.
Selain itu, Islam sangat banyak berdatangan dari turki
dan maroko, ketika pada 1964 yang dimaksudkan untuk meningkatkan tenaga
kerja, belanda membuat perjanjian bilateral dengan negara-negara Eropa termasuk
Turki. Hal ini membuat orang muslim di Belanda semakin bertambah, yang
setelahnya Perjanjian tersebut juga banyak diikuti oleh orang-orang
non-Eropa seperti Maroko, Afganistan pada tahun 1969.[2] Menurut
Biro Statistik Pusat (CBS) negara tersebut, pada 1994, jumlah umat Islam dari
15.341.553 jumlah penduduk Belanda saat itu sekitar (3,7 persen) dan 6.000
orang diantaranya adalah warga asli Belanda. Sedangkan pada tahun 2004, ada
sekitar 5.8% muslim. Menurutnya, ”Terdapat 945,000 orang Muslim yang
tinggal di Belanda pada 1 Januari 2014, meningkat dua kali lebih banyak
jumlahnya pada tahun 1990-an”, CBS juga menambahkan bahwa . “jumlah ini
diperkirakan akan terus bertambah mencapai 1 juta pada tahun 2006”.
Sedangkan jumlah muslim asli belanda sampai tahun 2010 mencapai 12.000 orang.[3]
b. Kondisi Pendidikan
Tidak ada sekolah Islam, tetapi pendidikan Islam sebagiannya
diberikan kepada anak-anak Muslim di sekolah-sekolah negri oleh guru- guru yang
dikirim dari Turki dan Maroko.[5] Namun Setelah tahun 2000-an ada sekitar
37 sekolah Islam utama dan satu sekolah menengah di Rotterdam, yang diakui dan
dibiayai oleh negara. Pemerintah Turki dan Maroko adalah mitra berpengaruh di
lembaga pendidikan Islam di Belanda. Kemitraan pendidikan lainnya berkembang
seperti pendirian sebuah lembaga Islam pada bulan Februari 2005 oleh koalisi
organisasi-organisasi Muslim dalam kemitraan dengan program universitas. Sejak
September 2005, ada juga kursus master untuk pembimbing rohani Islam di sebuah
Universitas di Amsterdam. Untuk pendidikan tinggi, ada Universitas Islam
swasta yang didanai dari Rotterdam (IUR) dan Universitas Islam Eropa di
Schiedam serta beberapa lembaga pelatihan yang lebih kecil.Tingkat pencapaian
pendidikan mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan di antara imigran
non-Barat dari pada kalangan pribumi Belanda, tapi hanya 10% dari imigran
tersebut yang menempuh sampai pendidikan tinggi atau universitas, angka-angka
ini masih berada dibawah pribumi Belanda. Di sisi lain, ada masalah dalam
pelaksanaan pendidikan di Belanda. Seperti menurut The European Monitoring Centre on
Racism and Xenophobia’s (EUMC)
melaporkan analisa Pendidikan yang menemukan bahwa adanya diskriminasi dalam
sistem pendidikan yang ada. Keluhan tentang berpakaian dan jilbab merupakan
masalah yang signifikan.[6] Prestasi pendidikan menurut International Standard
Classification of Education
(ISCED), Belanda sangat ttinggi
c. Muslim dalam
Pemerintahan
Muslim menampakkan kehadirannya
dalam politik Belanda, seperti sebagai kandidat dalam pemilihan dan
sebagai anggota parlemen yang duduk dalam pemerintahan nasional. Kaum Muslim
yang paling kelihatan terlibat dalam pemerintah Belanda dalam dekade terakhir
yaitu Ahmed Aboutaleb yang terpilih sebagai walikota Rotterdam pada tahun
2008, dan Ayan Hirsi Ali, sebagai anggota parlemen, meskipun
kemudian mundur dari Jabatannya dan diusir dari Belanda. Ada 6 anggota
parlemen asal Turki dan 5 asal Maroko. Anggota parlemen yang diidentifikasi
sebagai Muslim tidak selalu berafiliasi dengan partai-partai Islam. Ahmed
Marcouch, yang datang ke Belanda sebagai seorang anak berusia 10 tahun,
terpilih ke parlemen setelah bekerja aktif di perpolitikan Amsterdam. Dua
partai politik di Belanda saat ini berusaha untuk mewakili umat Islam di kota,
meskipun tidak memenangkan kursi dalam pemilihan terakhir. Keduanya yaitu:
Partai Islam Belanda (NMP) Demokrat Islam (ID).[7]
4.
Islam di Perancis
a. Keadaan Umat
Islam
di Prancis, jumlah umat Islam diperkirakan
mencapai 6-7 juta orang. Angka ini merupakan perkiraan karena dalam sensus
penduduk Prancis tidak ada pertanyaan tentang agama yang dianut penduduknya.
Statistik agama secara resmi dilarang oleh hukum Prancis. Seperti diketahui
bersama, Prancis adalah negara sekuler, Umat Islam di Prancis berasal dari
berbagai ras dan etnik dari seluruh dunia, terutama dari daerah Maghrib dan
Afrika, selain itu juga dari Turki, Bangladesh, Suriah, Mesir, dan bahkan
Indonesia. Mereka banyak yang sudah memiliki kewarganegaraan Prancis. Mereka
terutama terkonsentrasi di kota-kota besar, seperti Paris, Marseille, dan
lain-lain. Di Paris dan sekitarnya saja jumlahnya dapat mencapai 1,5–2 juta.
Sebagian besar dari mereka berasal dari Aljazair dan Maroko, hal tersebut
berkaitan erat dengan proses migrasi yang membawa banyak Muslim dari Afrika
Utara selama dan setelah Perang Dunia II. Kebanyakan keluarga Muslim itu
tinggal di pinggiran Paris, di mana mereka beradaptasi dan bergaul dengan penduduk
setempat. Selain itu, sebagai Muslim mereka tetap berusaha mewarisi tradisi
keagamaan yang dibawa dari negeri leluhur mereka. Jarang sekali ditemui umat
Muslim yang pindah agama.
Perkembangan Islam di Prancis berlangsung
secara alamiah melalui kepemelukan agama sejak lahir. Selain itu ada pula
penduduk setempat yang memilih masuk Islam secara sukarela. Ada sekitar 50.000
– 100.000 orang Prancis yang menjadi mualaf. Secara statistik, jumlah pemeluk
Islam dari warga Prancis memang kecil dan tidak signifikan, namun angka ini
menunjukkan bahwa Islam bukan agama orang Maghrib saja, tetapi Islam dapat
diterima oleh orang Prancis. Di Masjid Besar Paris, setiap minggu, sedikitnya
8-10 orang menyatakan syahadat. Selain itu juga dilakukan pembelajaran bagaimana
menjadi seorang Muslim, dan pada hari menjadi mualaf mereka harus membaca dua
kalimat syahadat, dan setelah itu mereka akan mendapatkan sertifikat yang
menyatakan bahwa mereka telah menjadi seorang muslim dan mendapatkan nama
"Muslim", seperti Muhammad, Aisyah, Fatimah, dan lain-lain. di
Prancis, warga Prancis yang pindah agama menginginkan "nama baru",
walaupun tentu saja secara syariat Islam tidak ada keharusan menggunakan
nama-nama yang berasal dari bahasa Arab. Secara demografis, Islam di Prancis
umumnya, dan Eropa khususnya ditopang oleh penduduk usia muda. Pemuda merupakan
bagian penting dalam komposisi umat Islam. Di Eropa, sekitar 75 % umat Islam
adalah mereka yang berumur cukup muda, yaitu sekitar 25-an tahun .
Laicite Hambatan Bagi Perkembangan Islam?
Laicite adalah sebuah sistem sekuler yang dianut oleh Prancis, yang secara
prinsipil memisahkan agama dari negara. Namun laicite bukan penolakan terhadap
agama. Jadi kebijakan ini tidak bisa disimpulkan secara sederhana sebagai
hambatan atau bahkan bahaya bagi perkembangan agama secara umum, dan Islam
secara khusus. Ada keuntungan dan sekaligus kerugian dari kebijakan tersebut.
Bagi umat Islam, kebijakan tersebut memang menimbulkan sejumlah kesulitan,
seperti mempersulit pembangunan dan pembiayaan masjid dan kegiatan
ibadah-ibadah lainnya, dikarenakan negara tidak punya kewajiban untuk membiayai
hal tersebut. Oleh karena itu, masjid-masjid bergantung pada kesetiaan umat
Islam sendiri untuk dapat membiayai aktivitas-aktivitas keagamaan, seperti
membangun masjid, membayar imam masjid, dan mencetak imam-imam masjid yang
memenuhi kualifikasi sebagai imam masjid. Namun, umat Islam di Prancis mendapat
bantuan dari negara-negara Muslim lainnya, yang umumnya ditujukan kepada komunitas
tersebut. Di Paris, misalnya, orang menyebut masjid Maroko karena masjid
dikelola oleh orang-orang Maroko. Budaya ini sebenarnya lebih mirip dengan
tradisi gereja daripada tradisi umat Islam di Indonesia.
b.
Masjid Besar Paris dan Perkembangan Islam di
Prancis
Masjid Besar Paris mempunyai tugas untuk
memperkenalkan Islam ke seluruh penjuru Prancis dan sebagai simbol Islam di
Prancis, seperti simbol Menara Eiffel bagi Prancis. Namun setiap masjid di
Prancis independen dan terkait dengan jamaahnya sendiri. Dengan demikian,
Masjid Besar Paris tidak memiliki hubungan manajerial dengan masjid lain.
Adapun Islam yang diperkenalkan lebih condong ke mazhab Sunni aliran Maliki.
Walaupun demikian, Masjid Besar Paris tidak menutup diri dari aliran lain seperti
Syafii, Hanafi dan Hambali. Masjid Paris menerima siapa pun yang datang, bahkan
orang-orang Eropa (muslim maupun bukan) untuk masuk ke dalam masjid untuk
sekedar melihat-melihat dan berkeliling di lingkungan Masjid. Masjid Besar
Paris yang berada di kawasan tua Quartier Latin mendukung program negara dalam
sektor pariwisata. Selain itu, masjid juga bukan tempat "angker" bagi
pemeluk agama lain atau bahkan bagi para ateis yang jumlahnya cukup besar di
Prancis dan Eropa. Hanya saja mereka tidak boleh memasuki Salle de prière
(ruang shalat) yang memang harus tenang dan terlarang bagi kamera. Di luar
ruang shalat, pengunjung bebas memotret dan bercengkrama menikmati arsitektur
masjid. Selain itu, Masjid Besar Paris juga memfasilitasi orang-orang yang
berkeinginan untuk memeluk Islam. Tentu saja, sekali lagi, prinsip utamanya
adalah tidak ada paksaan dalam beragama. Selanjutnya, Masjid Besar Paris
bertanggung jawab terhadap pendidikan Islam bagi anak-anak, di mana banyak
anak-anak belajar membaca Al-Quran dan bahasa Arab. Aktivitas Islam di masjid
ini memang dilakukan dengan menggunakan bahasa Arab. Selain itu, masjid ini
juga mempunyai sebuah lembaga pendidikan bernama Institut Al-Ghazali yang
bertugas untuk mencetak imam masjid untuk komunitas muslim. Stereotyping dan
Phobia Islam di Eropa, Khususnya di Prancis Sudah sejak lama muncul demonstrasi
dan upaya-upaya untuk membuat stereotype dan memprovokasi ketakutan dan
kebencian terhadap Islam, yang seringkali dihubungkan dengan ras Arab pemeluk
agama Islam mayoritas di Prancis. Hal tersebut merupakan masalah yang berat
untuk Masjid Besar Paris. Tekanan terhadap Islam semakin meningkat semenjak
adanya krisis global, di mana masyarakat Eropa pun juga dihadapkan pada
berbagai kesulitan yang kompleks. Kaum muda sulit mendapatkan pekerjaan.
Keluarga-keluarga di Prancis dihadapkan pada berbagai kesulitan ekonomi seperti
sewa rumah, transportasi, pendidikan anak, dan kualitas hidup yang menurun. Pada
saat krisis inilah orang-orang "asing" yang dikorbankan dan dituduh
jika terjadi kekerasan dan kejahatan akibat krisis ekonomi tersebut. Hal itu
menimbulkan reaksi yang kadang-kadang dipolitisir. Ada beberapa partai politik
yang mengeksploitasi ketakutan terhadap Islam, mengeksploitasi rasisme
berkaitan dengan Islam, dan mengeksploitasi kebencian terhadap Islam, untuk
mendulang suara dalam pemilu. Karena Islam membuat orang takut, sehingga banyak
orang yang tidak suka terhadap Islam dan percaya bahwa Islam adalah agama yang
penuh dengan kekerasan. Hal tersebut terus berlanjut walaupun umat Muslim di
Prancis dan di Eropa pada umumnya telah berusaha untuk menunjukkan bahwa Islam
adalah agama yang terbuka dan toleran serta mau berdialog, namun tetap saja ada
partai politik yang mengeksploitasi dan menggunakan isu agama dalam kampanye
politiknya. Selain itu, ketakutan tersebut berhubungan dengan kriminalitas dan
penggunaan obat-obatan terlarang yang sebagian besar menyentuh generasi muda
Muslim dari kelas menengah bawah dengan tingkat pengangguran tinggi, khususnya
selama krisis ekonomi. Oleh karena itu, keluarga sebagai unit masyarakat
terkecil harus mendidik anak-anak mereka dengan moral Islam yang melarang
mencuri, memakai obat terlarang, melakukan kekerasan, dan tidak memprovokasi
orang lain. Masjid Besar Paris menghimbau agar anak muda lebih kalem,
bijaksana, belajar dengan baik dan serius baik di rumah dan sekolah. Burqa:
Antara Hukum Positif dan Kebebasan Individu Secara syariah, tidak ada perintah
khusus untuk memakai burqa (pakaian yang menutupi kepala dan wajah) bagi para
wanita. Itu adalah penafsiran atas teks agama. Secara prinsip, jika ada yang
menginginkan memakainya, silakan memakainya. Dari sisi kesekuleran, pelarangan
memakai burqa di tempat umum adalah undang-undang yang tidak menghargai
keinginan wanita dalam berpakaian.
Di dalam masyarakat yang mengklaim dirinya
bebas, seharusnya kita tidak bisa menghalangi bagaimana seseorang itu
berpakaian. Itu pilihan masing-masing perempuan. Akan tetapi, bagaimanapun
juga, umat Islam seharusnya tidak membuat masalah dengan negara sekuler dan
sebagian warga setempat yang tidak menerima burqa. Kaum muslimin seharusnya
menghargai juga pilihan negara dan masyarakat yang menginginkan kebijakan
tunggal yang memperlakukan semua orang, baik pria maupun wanita, sama-sama
menampilkan wajah yang terbuka. Walaupun masing-masing orang dapat melakukan
apa yang mereka inginkan tapi seharusnya sesuai dengan hukum positif yang
berlaku.
c.
Pendidikan Islam
Sekolah
Menengah Averroes di Lille telah menjadi sorotan dalam satu dekade terakhir.
Sepuluh tahun yang lalu, Averroes adalah sekolah Islam swasta pertama di
Perancis dengan kurikulum nasional. Sekarang, sekolah tersebut telah menjadi
salah satu dari sekolah unggulan di Negara itu, seperti dilansir Muslims
Today pada Senin (1/4/2013). Banyak guru sekolah menengah yang
mencoba dengan keras menanamkan disiplin dan memberikan pengetahuan di kelas
yang dipenuhi pemuda yang tertarik pada segala hal kecuali menghabiskan
hari-hari mereka di ruang kelas. Sebaliknya di Lycée Averroés (Sekolah Menengah
Averroes) yang terletak di kota Lille, Prancis utara, para siswa-siswi -dengan
banyak siswinya yang berkerudung- tekun berkonsentrasi pada tugas kelas mereka
di bawah pengawasan guru-guru mereka.
Selama
beberapa hari terakhir ini pun konsentrasi siswa tetap tidak berkurang meski
banyak kamera dan kru media masa yang meliput di kelas-kelas mereka. Averroes
telah menarik cukup banyak perhatian di Perancis setelah sekolah Islam swasta
ini berada di peringkat atas dalam daftar regional sekolah berkualitas dan
berada di antara tiga besar dalam daftar nasional. Sebagian besar siswa
Perancis terdaftar di sekolah negeri, hanya sekitar 15 persen anak-anak di
Perancis yang bersekolah di beberapa sekolah swasta. Secara teori, semua
sekolah umum harusnya memberikan kualitas pendidikan yang sama. Tapi seperti
yang juga diketahui oleh setiap orangtua Perancis, hal itu tidak sepenuhnya
benar. Sistem peringkat sekolah tahunan telah lama menampilkan beberapa sekolah
menengah umum yang lebih dikenal seluruh negeri.
Selama
beberapa tahun terakhir, sekolah-sekolah swasta – baik Katolik, Yahudi atau
sekuler, dengan berbagai tingkat pendanaan negara – telah berusaha untuk
menjadi sekolah menengah yang mendapat peringkat atas. Peringkat teratas
Sekolah Menengah Averroes telah mengejutkan seluruh Perancis karena
sekolah ini menjadi sekolah Islam swasta yang telah memberikan pendidikan yang
berkualitas untuk siswa-siswinya. Sebagai rumah bagi penduduk Muslim terbesar
di Eropa, Perancis telah sering dikritik di media internasional karena komitmen
tanpa kompromi negara untuk sekularisme. Sebuah undang-undang tahun 2004 yang
melarang tampilan eksplisit afiliasi agama di sekolah umum secara luas dikritik
masyarakat internasional, serta oleh beberapa kelompok minoritas di Perancis
sendiri, di tengah sebagian besar orang Perancis yang malah mendukung larangan
itu.
Mengingat
sejarah Perancis yang kompleks berkenaan dengan hubungan komunal dengan
populasi Muslim, keberhasilan sekolah Averroes benar-benar menjadi kabar baik,
seperti yang dirasakan para staf Sekolah Menengah Averroes selama satu
dekade terakhir. Pada tahun 2003, ketika Sekolah Menengah Averroes dibuka,
sekolah ini merupakan sekolah Islam swasta pertama di Perancis yang mengikuti
kurikulum nasional. “Pada hari pertama kami, ada 34 wartawan, termasuk satu
dari Jepang – bandingkan dengan hanya 11 siswa dan 19 guru yang ada,” kata Amar
Lasfar, rektor Masjid Lille dan kepala Sekolah Averroes, dalam sebuah wawancara
dengan harian Perancis terkemuka, Le Monde.
Sepuluh
tahun kemudian, sekolah Islam swasta pertama Perancis ini telah berkembang dan
memasukkan lebih dari 330 siswa. Kini, sekolah tersebut telah meninggalkan
tempat yang lama dan pindah ke sebuah bangunan baru yang dapat menampung hingga
600 siswa. Meskipun sebagian besar siswanya adalah Muslim, sekolah ini juga
terbuka untuk non-Muslim. Adapun bagi para siswa, keuntungan yang mereka
peroleh dari Averrous sangat banyak. Mereka merasakan suasana belajar yang mendukung
dan komitmen para staf sekolah terhadap pendidikan yang berkualitas.
5.
Islam di Rusia
"Rusia
akan Jadi Pusat Pendidikan Islam"
a.
Keadaan Umat Islam
Menurut Sejarah
Islam masuk ke Rusia melalui tentara mongol jemis khan dan pemerintahan Turki
Utsmani , Kerajaan Islam pernah berkuasa disana sebelum zaman komunis suvyet.
Pemimpin Dewan
Spiritual Muslim Rusia, Talgat Tadzhutddin mengusulkan untuk menjadikan Negeri
Beruang Merah itu sebagai pusat pendidikan Islam. Mufti Rusia itu menyarankan
pembentukan Federasi Institusi Islam yang akan mengelola sebuah jaringan sistem
pendidikan Islami di Rusia, mulai dari tingkat madrasah sampai perguruan
tinggi. Ia berharap siswa-siswa dari Barat yang ingin belajar Islam, akan datang
ke Rusia untuk belajar di institusi-institusi pendidikan Islam yang ada di
negeri itu. "Ini merupakan tujuan strategis yang sangat penting, karena
dengan cara ini, kita tidak lagi bergantung pada universitas-universitas Islam
di luar negeri," ujar Tadzhutddin dalam pertemuan dengan para pemuka agama
Islam dari wilayah Volga dan Grigory Rapota, seperti dilansir AsiaNews. Sementar
itu, kantor berita Ria Novosti melaporkan, menurut Mufti Rusia,
pendidikan Islam dari luar negeri memiliki efek samping yang tidak mudah untuk
diatasi, dan mempengaruhi pola pikir anak-anak muda Muslim di Rusia. "Dalam
waktu tidak lama lagi, dengan dukungan pemerintah, akan dibangun tujuh
universitas Islam, ini akan menjadi langkah awal," ujar Tadzhutddin. "Negara
ini, membutuhkan sistem pendidikan yang lengkap, terdiri dari tiga level, yaitu
madrasah, akademi dan universitas-universitas Islam. Dengan cara ini, tenaga
pengajar dari luar negeri juga akan dikurangi, hanya untuk guru-guru bahasa
Arab, termasuk pengajar disiplin ilmu agama lainnya," sambungnya optimis.
(ln/AsiaNews)
b.
Pendidikan Islam
Menurut REPUBLIKA.CO.ID, MOSCOW - Lebih dari 32 juta dolar Amerika atau
sekitar satu miliar rubel dialokasikan Kremlin selama dua tahun ke depan guna
mendidik Muslim Rusia menjadi ahli sejarah dan Budaya Islam. Alokasi dana itu
merupakan kebijakan Presiden Rusia, Dmitry Medvdev dalam usaha menyiapkan
tenaga profesional yang menyebarkan nilai-nilai Islam dengan benar.
Medvedev saat berbicara dalam pertemuan dengan ulama di Ufa mengatakan misi
penting Rusia adalah meningkatkan pendidikan Islam dan mengintegrasikan lembaga
pendidikan Islam dengan sistem pendidikan Rusia. "Rusia untuk kali pertama
menetapkan standar negara untuk lembaga pendidikan tinggi Islam untuk
mempersiapkan ulama Muslim berkualitas," kata dia seperti dikutip
heraldmalaysia.com, Rabu (23/11).
Medvedev mengatakan pemerintah Rusia memiliki perhatian khusus untuk
menyelenggarakan pendidikan Islam yang efektif di seluruh wilayah federasi
Rusia. Harapanya ke depan, kata dia, ulama Muslim Rusia bakal memberikan
pengaruh dan contoh ke seluruh dunia.
"Hanya dengan cara ini, kita dapat memiliki kerangka berpikir yang
benar dalam masyarakat Muslim," ungkapnya. Lebih lanjut dikatakan
Medvedev, Muslim Rusia telah tumbuh pesat. Saat ini, di seluruh wilayah
Federasi terdapat 7 ribu lebih Masjid namun tidak memiliki satupun lembaga
pendidikan Islam. "Harapannya, nanti akan berdiri 96 sekolah dan
universitas Islam di negara kita," pungkasnya
6.
Islam di Italia - Sisilia
a. Keadaan Umat Islam
Penaklukan umat Islam atas kepulauan
sisilia merupakan buih terakhir dari gelombang serbuan yang dibawa bangsa arab
ke Afrika Utara dan Spanyol. Para pemimimpin ekspansi ke kepulauan itu, dan ke
daratan Eropa Tengah adalah panglima-panglima perang dinasti Aglibiyah dari
Kairawan yang menyerang wilayah itu pada abad ke-9 M. Meski demikian,
upaya-upaya sporadik yang dilakukan oleh para pengembara muslim,
tentara-tentara bayaran, dan para perompak telah dilakukan jauh sebelum itu.
Kejayaan Siracuse tenggelam dalam serangan pertama ini. (Hitti,2010:768). Dari
serangan muslim ini mendapatkan ramapasan berupa kekayaan gereja dan benda
berharga lainnya.. Pada abad kedelapan, kaum Berber dan para pejuang Arab
dari Afrika Utara, serta umat Islam Spanyol mulai merambah pulau-pulau di
bagian utara dan timur serta menebarkan ketakutan di antara penduduk Sisilia,
Corsica dan Sardinia
b.
Pendidikan
Pada masa kekuasaan Raja Fredrik II
membuat sekolah syair Arab yang juga mengajarakan bahasa Arab. Di sekolah
tersebut ditugasakan beberapa orang ulama muslim untuk mengajar. Mereka
juga terdiri dari pakar geografi, astronomi, dan Sastra Arab. Raja Fredrik II
(1194-1250 M) seorang pewaris kerajaan Sisilia juga amat terpengaruh dengan
budaya Arab. Karena perilakunya ini maka gereja mengeluarkan keputusan untuk
mengasingkannya selama dua kali dalam kehidupannya. Raja ini berhasil memajukan
sekolah Salono. Berikutnya ia juga mendirikan universitas Napoli
yang dalam waktu cepat segera berubah menjadi universitas untuk mentransfer
ilmu-ilmu Arab dan Islam ke Eropa (Khadhar,2005: 53).
7.
Islam di Bosnia Herzegovina
a.
Keadaan Umat Islam
Yugoslavia terpecah-belah pada tahun 1991 setelah
runtuhnya rezim-rezim Komunis di Eropa Timur. Mengikuti contoh Kroasia dan
Slovenia, pada bulan Maret 1992
Bosnia dan Herzegovina menyatakan kemerdekaannya melalui referendum yang
diikuti oleh masyarakat Muslim dan Kroasia Bosnia. Hal tersebut ditentang oleh
penduduk Serbia yang menguasai seluruh wilayah eks Yugoslavia. Di bawah pimpinan Radovan
Karadzic, orang Serbia Bosnia memproklamasikan Republik Srpska.
Dengan bantuan pasukan federal pimpinan Jenderal Ratko
Mladic, orang Serbia Bosnia berhasil menguasai 70 persen
wilayah negeri itu. Dalam konflik ini, etnis Serbia yang mayoritas berusaha
melenyapkan etnis Muslim dan Kroasia. Terjadilah pembantaian terbesar dalam
sejarah yang jumlah korbannya hanya kalah oleh Perang Dunia. Pembunuhan,
penyiksaan dan pemerkosaan olah Kaum Serbia kemudian menyebabkan
pemimpin-pemimpin Serbia ditetapkan sebagai penjahat perang oleh PBB. Dalam
perkembangan terakhirpun mereka menyatakan tidak puas karena tidak berhasil
membersihkan etnik Muslim-Bosnia.
Akhirnya, setelah perang berdarah yang berlarut-larut,
perdamaian di antara ketiga kelompok tersebut berhasil dipaksakan oleh NATO.
Sesuai dengan Kesepakatan Dayton
tahun 1995,
keutuhan wilayah Bosnia dan Herzegovina ditegakkan namun negara tersebut dibagi
dalam dua bagian: 51% wilayah gabungan Muslim-Kroasia (Federasi Bosnia dan
Herzegovina) dan 49% Serbia (Republik Srpska)
Sebagai
negara yang berada di Eropa Tenggara, Bosnia dan Herzegovina tak luput dari
Islamisasi. Islamisasi yang datang ke Bosnia dan Herzegovina dengan cara damai
yaitu melalui perdagangan. Kemudian, Selanjutnya, Bosnia dan Herzegovina
bertransformasi menjadi negara dengan mayoritas muslim. Mengalami beberapa kali
nasib yang terombang-ambing setelah memerdekakan diri dari Turki. Berada
dibawah Kekaisaran Austria-Hongaria kemudian berada dibawah kekuasaan Kerajaan
Serbia Montenegro mengalami kepemimpinan Rezim komunis yang dipimpin oleh Tito
akhirnya pada tahun 1995 Bosnia dan Herzegovina berhasil memerdekakan diri
setelah mengalami perlakuan yang buruk dari Serbia.
Problem
Muslim di Bosnia Herzegovina, Bosnia yang mengidentifikasi diri
mereka sebagai Muslim Bosnia, agama sering berfungsi sebagai sebuah komunitas
identifier, dan praktik keagamaan hanya terbatas pada kunjungan sesekali ke masjid signifikan ritus atau bagian
seperti kelahiran, perkawinan, dan kematian. Karena pengaruh yang lebih modern
dan 45 tahun sosialisme , beberapa Bosnia telah Atheist , Agnostic atau Deis keyakinan (Pra-perang perkiraan 10%
dari total penduduk). Walaupun ada sejumlah besar Bosnia yang mempraktekkan
iman mereka untuk berbagai tingkat, untuk orang lain, identitas ini cenderung
sekuler dan didasarkan terutama pada tradisi leluhur dan loyalitas etnis.
Jilbab bagi perempuan, populer di negara-negara Timur Tengah, yang dipakai
hanya oleh minoritas perempuan Muslim Bosnia, dan sebaliknya kebanyakan untuk
kewajiban agama. Bosnia yang berpartisipasi dalam atau anak-anak dari etnis
perkawinan campuran antara Serbia, Kroasia dan populasi Bosnia di Bosnia dan
Herzegovina biasanya tak
beragama.
b.
Pendidikan Islam
Pendidikan
agama di Bosnia
dan Herzegovina
sebagian besar terdesentralisasi, seperti sistem pendidikan pada umumnya. Dan
entitas pemerintah canton dan kota
Brcko berwenang
memiliki tanggung jawab untuk pendidikan, tidak ada pelayanan pendidikan
nasional atau kebijakan. sekolah umum menawarkan kelas pendidikan agama, tetapi
dengan pengecualian Brcko, sekolah umumnya hanya menawarkan pelajaran agama
dalam agama mayoritas di daerah itu. Secara teori, mahasiswa memiliki pilihan
untuk tidak hadir, tetapi dalam prakteknya, siswa menghadapi tekanan agama
mayoritas dari guru dan rekan-rekan untuk menghadiri kelas. Misalnya,
membutuhkan Serbia untuk menghadiri kelas agama tetapi tidak memerlukan
kehadiran untuk Bosnia dan Kroasia. Jika lebih dari 20 Bosnia atau Kroasia
menghadiri sekolah tertentu, sekolah diwajibkan untuk menyelenggarakan kelas
agama atas nama mereka. Namun, di pedesaan, biasanya tidak ada wakil
agama yang berkualitas tersedia untuk mengajar studi agama kepada beberapa
siswa Bosnia atau Kroasia.
Pada tahun
2010 sempat terlontar RUU yang diajukan oleh Partai Demokrat Sosial Independen
Serbia Bosnia(SNSD) yang melarangan pemakaian cadar. Parlemen akan mulai
mempertimbangkan RUU tersebut. Tetapi RUU tersebut sepertinya akan sulit
terealisasi, karena umat Muslim merupakan sekitar 40 persen dari populasi
Bosnia yang sebesar 3,8 juta penduduk. Partai SNSD sendiri memegang separuh
dari 14 kursi yang disediakan bagi Serbia Bosnia dalam parlemen yang total
berjumlah 42 kursi. Akibat dari itu akhirnya muncul demontrasi dari para
Muslimah Bosnia di depan parlemen di pusat kota Sarajevo
Pemerintah
kota Serbia melakukan penghancuran sebuah masjid di desa Sturba dekat Livno.
Perwakilan dari masyarakat internasional di Bosnia Valentin Anczyko akhirnya
meminta mufti Bosnia untuk campur tangan atas penghancuran masjid itu. Mufti
Bosnia mengatakan bahwa penduduk muslim di wilayah ini sangat menderita karena
mengalami diskriminasi etnis dan agama, dan dirinya menyatakan penyesalan serta
kekecewaan yang mendalam atas keputusan pihak berwenang pemerintah Serbia
menghancurkan masjid di bulan suci Ramadhan. Namun pihak berwenang Serbia
sendiri membela diri atas tindakan mereka menghancurkan sebuah masjid tersebut.
Menurut mereka, tindakan pengahancuran masjid itu memang benar dan tidak
menyalahi aturan. Karena Masjid tersebut dibangun secara ilegal diwilayah
sebelah selatan Bosnia.
Muslim di
Bosnia Herzegovina memang belum bisa lepas dari marginalisasi. Namun masyarakat
muslim mulai berubah menatap kedepan. Walaupun tidak di pungkiri pertentangan
antar agama masih terjadi. Keberagamaan
mulai meningkat di Bosnia, khususnya di Sarajevo. Pemimpin
ulama Muslim Bosnia, Mustafa Cheric menyerukan diterapkannnya hukum syariah
(hukum keluarga) di Bosnia. Mustafa Hadidich mengatakan Muslim Bosnia mempunyai
potensi yang sangat besar untuk menjadi jembatan antara Timur dan Barat,
perantara Islam menuju Eropa. Karena
di Sarajevo ada masjid berdampingan dengan gereja dan synagog.
8.
Islam di Estonia
a.
Keadaan
Umat Islam
Setelah
beberapa dasawarsa di bawah penindasan pemerintahan Komunis, umat Islam di
Eropa bagian utara Republik estonia dapat berbahagia, mereka dapat menikmati
perayaan hari besar keagamaan dengan shalat berjamaah dan mengadakan pesta
diluar ruangan. "Tidak ada pembatasan pada umat Muslim untuk merayakan
hari Ied atau melakukan ritual keagamaan mereka," kata Liya Iman Makhmutova,
direktur Masyarakat Islam untuk urusan wanita Estonia, kepada IslamOnline.net. Pada
pagi hari Jumat, 27 November umat Islam di ibukota Tallinn akan
berbondong-bondong ke Islamic Center untuk melaksanakan sholat Idul Adha. "Setelah
sholat, orang-orang akan tinggal di masjid sampai khatib selesai memberikan
khotbahnya," katanya. Khutbah Idul Adha maupun Idul fitri disampaikan
dalam empat bahasa; Rusia, Estonia, Arab dan Tatari. "Rasanya sangat keren
bila Anda melihat setiap jamaah dapat menikmati khutbah yang disampaikan dalam
bahasanya sendiri," jelas Mufti Ildar Muhhamedsin. Namun bagi masyarakat
yang menderita selama puluhan tahun dibawah kekuasaan dari pemerintahan
Komunis, mereka tidak merasa biasa dengan hal tersebut. Di bawah pemerintahan
Komunis orang-orang akan berkumpul untuk sholat Ied di dalam rumah salah
seorang Muslim atau mungkin di kuburan untuk sholat dan merayakan lebaran
dengan diam-diam," kenang Makhmutova. Sekarang situasi telah benar-benar
berubah."
Ada
hampir 8.000 Muslim di Estonia, menjadikan satu persen dari negara yang
berjumlah peduduknya 1,2 juta orang. Setelah sholat Ied, Islamic Center di
Tallinn menyediakan teh dan kue kecil untuk para jamaah. "Kumpul-kumpul
seperti ini sangat penting bagi umat Islam," kata Makhmutova. "Oleh
karena itu kita bertemu setelah shalat untuk merayakan Idul adha secara
bersama-sama. Setelah itu umat Muslim kemudian pergi untuk melaksanakan
pemotongan hewan kurban. Muslim Estonia mulai tertarik untuk melakukan
Udhiyah," kata Mufti Muhhamedsin. Namun perayaan dimulai pada hari kedua
`Idul Adha. Banyak keluarga memilih untuk merayakan Idul Adha di ruangan
terbuka," kata Makhmutova. Kami menyewa sebuah penginapan di sebuah hutan
di mana kontes barbecue dilakukan." Para Keluarga juga menyiapkan makanan
lezat populer seperti Kabsa (piring yang berisi nasi, daging dan sayur). Mufti
Muhhamedsin mengatakan perayaan yang dilakukan diluar ruangan membantu
memperkuat hubungan antara Muslim Estonia. Ini adalah kesempatan untuk bertemu
orang-orang yang telah lama kita tidak bertemu."
Hal ini
juga memungkinkan para pemuda dan anak-anak untuk mengenal satu sama lain dan
memperkuat hubungan merekaSetelah beberapa dasawarsa di bawah penindasan
pemerintahan Komunis, umat Islam di Eropa bagian utara Republik estonia dapat
berbahagia, mereka dapat menikmati perayaan hari besar keagamaan dengan shalat
berjamaah dan mengadakan pesta diluar ruangan. Tidak ada pembatasan pada umat
Muslim untuk merayakan hari Ied atau melakukan ritual keagamaan mereka,"
kata Liya Iman Makhmutova, direktur Masyarakat Islam untuk urusan wanita
Estonia, kepada IslamOnline.net.
b. Pendidikan
Selama di
bawah pemerintahan Komunis orang-orang akan berkumpul untuk sholat Ied di dalam
rumah salah seorang Muslim atau mungkin di kuburan untuk sholat dan merayakan
lebaran dengan diam-diam," kenang Makhmutova."Sekarang situasi telah
benar-benar berubah." Ada hampir 8.000 Muslim di Estonia, menjadikan satu
persen dari negara yang berjumlah peduduknya 1,2 juta orang. Tentang pendidikan
dilakukan pada setiap pertemuan.
9.
Islam
di Rumania
a.
Keadaan
Umat Islam
Romania
atau Roumania;
bahasa Rumania: România) adalah negara yang terletak di Eropa Tengah dan
Tenggara, di bagian utara semenanjung Balkan dan berbatasan dengan Laut Hitam.
Hampir seluruh delta sungai Donau terletak di wilayah Rumania. Negara ini
berbatasan dengan Hongaria dan Serbia di barat, Ukraina dan Republik Moldova di
timur laut, dan Bulgaria di selatan.
Sejarah mencatat bahwa bangsa Dacia, Kekaisaran Romawi,
Kekaisaran Bulgaria, Kerajaan Hongaria, dan Kesultanan Utsmaniyah pernah
menguasai wilayah ini. Sebagai sebuah negara, Rumania terbentuk pada tahun 1859
dari penyatuan wilayah Moldavia dan Wallachia, dan memperoleh pengakuan
internasional pada tahun 1878. Pada tahun 1918, Transilvania, Bukovina dan
Bessarabia menyatakan bergabung dengan Rumania. Pada akhir Perang Dunia II, Uni
Soviet menduduki sebagian wilayahnya (kira-kira meliputi seluruh wilayah
Moldovamodern) dan Rumania menjadi anggota Pakta Warsawa. Dengan runtuhnya
Tirai Besi pada tahun 1989, Rumania memulai reformasi politik dan ekonomi.
Dalam menghadapi masalah ekonomi pasca-revolusi, negara ini menerapkan pajak
rendah pada tahun 2005 dan bergabung dengan Uni Eropa pada 1 Januari 2007.
Meskipun tingkat pendapatan Rumania termasuk salah satu yang terendah di Uni
Eropa, reformasi telah meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Rumania kini
termasuk negara yang memiliki pendapatan menengah ke atas. Reformasi telah
meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Rumania kini termasuk negara yang memiliki
pendapatan menengah ke atas.
Menurut sumber-sumber yang banyak beredar di
Rumania, Islam pertama kali muncul ketika Pemimpin Sufi Sari Saltik datang ke
wilayah ini selama Zaman Bizantium. Kehadiran Islam di Utara Dobruja kemudian
diperluas oleh Khilafah Usmani yang melihat terjadinya imigrasi berturut-turut.
Di Wallachia dan Moldavia, dua kerajaan Danubian, zaman Usmani itu tidak
terjadi pertumbuhan jumlah kaum Muslim, yang kehadirannya di sana tetap kecil.
Juga pertempuran antara Khilafah Usmani dengan Kekaisaran Habsburg menyebabkan
banyak kaum Muslim pindah ke jantung negeri Islam
b. Pendidikan
Tidak ada terlihat pendidikan umat Islam
disana karena terlalu kecil jumlah dibandingkan agama lain. Di bawah
pemerintahan Komunis orang-orang akan berkumpul
di dalam rumah salah seorang Muslim atau mungkin di kuburan untuk sholat
dan lainnya dengan diam-diam.
Agama Islam di Rumania dipeluk oleh hanya 0,3 persen dari penduduknya,
ini sama dengan sekitar 60.000 orang saja, tetapi memiliki lebih dari 800 tahun
tradisi di Dobruja Utara, sebuah daerah di pantai Laut Hitam yang merupakan
bagian dari Khilafah Usmani selama hampir lima abad (sekitar tahun 1420-1878).
Di Rumania saat ini, sebagian besar pemeluk Islam berasal dari etnis
Tatar dan masyarakat Turki. Sebagian besar Muslim Rumania adalah Sunni yang
mengikuti mazhab Hanafi. 97% Muslim Rumania Muslim adalah penduduk dua wilayah
yang membentuk Dobruja Utara: 85 % nya tinggal di Constanţa, dan 12 % di
Tulcea. Sisanya terutama mendiami pusat-pusat perkotaan seperti Bucharest,
Braila, Calarasi, Galaţi, Giurgiu, dan Drobeta-Turnu Severin.
Secara keseluruhan, Rumania memiliki 80 masjid, atau, menurut catatan
Kementrian Kebudayaan dan Agama Rumania, ada 77 mesjid. Kota Constanţa, dengan
Mesjid Carol I merupakan tempat Muftiyat, yang adalah pusat Islam Rumania;
Mangalia, dekat Constanţa, adalah tempat bagi sebuah masjid monumental yang
dibangun pada tahun 1525. Kedua masjid itu diakui Negara sebagai monumen
bersejarah, seperti juga yang ada di Hârşova, Amzacea, Babadag dan Tulcea. Ada
juga 108 kuburan Islam di Rumania.
10. Islam di Ukraina – Krimea
a.
Keadaan
Umat Islam
‘Ukraina adalah salah satu negara Eropa. Muslim Ukraina adalah
bagian dari komunitas Muslim Eropa,” begitu tutur Presiden Federasi Organisasi
Islam Eropa (FIOE), Shakib Benmakhlyuf. Keberadaan komunitas Muslim di wilayah
negara bekas Uni Soviet ini sudah terlacak sejak abad ke-15. Pada masa itu,
komunitas orang Tatar mendirikan sebuah negara di wilayah semenanjung Crimea
(daerah selatan Ukraina–Red) yang dikenal sebagai negara Crimean Khanate.
Orang-orang dari suku bangsa Tatar inilah yang menjadi cikal bakal
berkembangnya komunitas Muslim di Ukraina. Karena itu, mayoritas umat Islam di
Ukraina berasal dari etnis Crimean Tatar yang tinggal di semenanjung Crimea. Namun,
karena invasi Rusia pada abad ke-18, wilayah kerajaan Crimean Khanate yang saat
itu berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Ottoman berhasil ditaklukan.
Penaklukan oleh Kekaisaran Rusia ini menyebabkan sekitar 160 ribu penduduk
Muslim dari etnis Tatar terpaksa meninggalkan Crimea. Jadilah wilayah kantong
Muslim ini dikuasai oleh Kekaisaran Rusia yang kemudian berganti nama menjadi
negara Uni Soviet.
Pada saat berlangsungnya Revolusi Rusia, agama Islam dianut oleh
sepertiga penduduk Crimea. Hampir semua kota besar di Crimea memiliki penduduk
Muslim dalam jumlah signifikan. Namun, ketika Stalin berkuasa, ia mengeluarkan
kebijakan yang mendorong terjadinya deportasi massal terhadap warga Muslim
Crimea di tahun 1944. Saat itu, hampir 200 ribu orang Crimea dideportasi ke
kawasan Asia Tengah, seperti Uzbekistan, Kazakhstaan dan beberapa wilayah
kekuasaan Rusia lainnya. Akibat deportasi ini, diperkirakan sekitar 45 persen
dari seluruh umat Islam Crimea meninggal dunia karena kelaparan dan serangan
penyakit antara 1944-1945.
Pada tahun 1967, pemerintahan baru Uni Soviet mengeluarkan
keputusan yang memungkinkan dilakukannya repatriasi para warga Muslim Crimea ke
tanah kelahiran mereka. Repatriasi tersebut baru terealisasi mulai tahun 1989. Pengaruh
kekuasaan Uni Soviet atas wilayah ini baru berakhir sesudah keruntuhan negara
komunis tersebut pada tahun 1991. Sejak saat itu, Ukraina menyatakan diri
sebagai sebuah negara yang berdaulat dan merdeka.
Sejak memerdekakan diri hingga kini, jumlah populasi Muslim di
Ukraina terus bertambah. Mengacu pada hasil survei tahun lalu, jumlah penduduk
Muslim di Ukraina mencapai dua juta jiwa dari total penduduk 47,5 juta jiwa.
Selain bangsa Tatar, populasi Muslim Ukraina berasal dari rumpun bangsa
Kaukasia dan Chechen yang merupakan kaum imigran.
Dukungan dari Pemerintah Ukraina ini membuat kegiatan komunitas
umat Islam di negara tersebut lebih berkembang pesat dibandingkan komunitas
Muslim di negara-negara Eropa Timur lainnya. Untuk lebih memajukan syiar Islam
di Ukraina, melalui Direktorat Spiritual Muslim Ukraina, komunitas Muslim di
sana menjalin kerja sama dengan Federasi Organisasi Islam Eropa (FIOE).
Kepala Direktorat Spiritual Muslim Ukraina, Mufti Said Ismagilov,
menuturkan, kerja sama dengan FIOE ini juga dilakukan dengan ikut bergabungnya
komunitas Muslim Ukraina dalam Charta Muslim Eropa. Sebelumnya, Muslim Ukraina tidak bergabung
dengan Direktorat Spiritual Muslim mana pun. ”Saya dan seluruh Muslim Ukraina
percaya bahwa adopsi Charta Muslim Eropa dapat meningkatkan aktivitas kami di
antara negara-negara Eropa,” kata Said.
Kegiatan keagamaan yang dilakukan warga Muslim
di Ukraina semakin marak saat Ramadhan tiba. Sebagai warga minoritas, bulan
Ramadhan menjadi bulan spesial bagi warga Muslim Ukraina. Arifof menjelaskan, pada bulan Ramadhan, jumlah anak-anak yang belajar
menghafal Alquran semakin meningkat. Tak heran jika beberapa tahun belakangan
ini Ukraina turut mengirimkan utusannya dalam kompetisi hafalan Alquran
(Musabawah Hifzh al-Qur’ani).
Muslim Ukraina juga memanfaatkan bulan
Ramadhan untuk melakukan kampanye tentang Islam dengan memberikan penjelasan
dan pengenalan tentang Islam pada rekan-rekan mereka yang non-Muslim.”Kami
sedang melakukan upaya keras untuk memberikan pendidikan bagi Muslim dan
non-Muslim tentang Ramadhan,” kata Ketua Federasi Organisasi-organisasi Sosial
(Arraid) di Ukraina, Ismail al-Kadi. ”Sungguh luar biasa, setelah non-Muslim
menerima brosur tentang Islam dan Ramadhan yang kami sebarkan, banyak di antara
mereka yang memeluk Islam pada bulan Ramadhan,” tambahnya.
Kekhawatiran
generasi tua Meski kehidupan keagamaan di Ukraina berkembang pesat, timbul
kekhawatiran di kalangan generasi tua Muslim Ukraina. Pengaruh budaya asing
yang saat ini melanda generasi muda Muslim di Ukraina diyakini para kaum tua
ini akan mengikis pemahaman keislaman mereka secara perlahan. Untuk itu, kalangan tua komunitas Muslim Ukraina mulai menggagas
diselenggarakannya acara-acara keislaman yang menarik minat generasi muda.
Seperti halnya kegiatan yang digagas komunitas Muslim di distrik Viline
Bahchisarayskogo. Pada pengujung tahun lalu, komunitas Muslim
setempat mengadakan festival yang disebut dengan Kurban Bajram. Dalam festival
tersebut, dipertunjukkan berbagai kesenian Islam, permainan, dan kuis. Festival
tersebut diselenggarakan dalam rangka merayakan hari raya Idul Adha. Hal ini
mengingat para generasi muda Muslim Ukraina kerap memberikan perhatian besar
untuk merayakan hari perayaan yang tidak dikenal dalam ajaran Islam, seperti
perayaan tahun baru masehi dan hari valentine. Padahal, kaum Muslim memiliki
perayaan sendiri, seperti hari Idul Fitri dan Idul Adha.
Federasi itu
menggelar program “45 Weekly Schools” yang mengajarkan
bahasa Arab serta budaya dan ilmu pengetahuan berbasis Islam untuk lebih
mengenalkan Islam pada masyarakat Ukraina. Layanan ini diberikan secara gratis.
Pesertanya kebanyakan kalangan mahasiswa dan profesor.
Menurut Dr.
Shawer, mereka ingin tahu budaya Arab agar bisa berkomunikasi lebih baik lagi
dengan para mahasiswa Arab yang sedang menuntut ilmu di universitas-universitas
di Ukraina. “Tak sedikit mahasiswa yang akhirnya memeluk Islam saat proses
pendidikan atau setelah menyelesaikan pendidikan” sambung Dr. Shawer. Hal
serupa diungkapkan Dr. Igor Vlasov. “Sekolah ini mendekatkan saya dengan dunia
Arab. Sekarang saya merasa lebih banyak tahu tentang Islam dan Muslim”,
imbuhnya. Dari 48 juta penduduk Ukraina,
jumlah warga Muslimnya hanya sekitar dua juta orang. Tapi terdapat lebih dari
200 masjid dan 20 Islamic Center di negeri itu, subhanallah. Semoga kita di
Indonesia, dengan penduduk muslim yang jauh lebih banyak, dapat belajar
bersemangat mempelajari Islam dari warga Ukraina.
b.
Pendidikan
Islam
Sistem
Pendidikan Perguruan Tinggi Pendidikan tinggi di Ukraina merujuk pada
keseluruhan sistem pendidikan di atas tingkat sekolah lanjutan. Sistem ini
meliputi sekolah teknik dan kejuruan di tingkat pertama, perguruan tinggi
teknik dan kejuruan di tingkat kedua, dan sekolah tinggi serta universitas,
yang dianggap tingkat ketiga dan keempat. Dalam tulisan ini, kita akan berfokus
pada pendidikan universitas, sehingga istilah "pendidikan tinggi di
Ukraina" berarti pendidikan di tingkat universitas. Pendidikan tinggi di
Ukraina dimulai dengan keberhasilan menyelesaikan pendidikan lanjutan dan melewati
ujian masuk universitas. Ujian ini dikordinasikan dan diawasi oleh Kementerian
Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Ukraina. Gelar yang diberikan pada saat
penyelesaian program meliputi Sarjana, Master dan Doktor. Meski terdapat
sejumlah gelar yang diberikan di antara gelar tersebut, ketiga gelar yang
disebutkan di atas merupakan gelar yang paling strategis. Durasi minimal
pendidikan universitas yang diperlukan untuk memperoleh gelar universitas
adalah empat tahun ajaran untuk program sarjana.
Program
studi kedokteran memerlukan jangka waktu lebih lama, hingga enam tahun. Program
M.Sc. (Magister Ilmu Pengetahuan) dan PhD. (Doktor) memerlukan pertambahan
waktu, dari satu hingga lima tahun atau lebih, tergantung program, jurusan,
gelar yang dikejar dan komitmen pelajar. Pelajar Ukraina belajar dalam bahasa
nasional mereka, sementara pelajar asing memiliki pilihan bahasa Ukraina atau
Inggris. Pilihan ini tergantung pada ketersediaan program dalam bahasa Inggris.
Pelajar asing yang memilih belajar dalam bahasa Ukraina atau Rusia harus
melewati satu tahun kursus persiapan bahasa, di mana mereka menjalani pelajaran
bahasa dan kursus persiapan yang berhubungan dengan disiplin ilmu yang akan
dipelajari. Pada saat kelulusan, mereka akan menerima setifikat keahlian bahasa
tambahan, sebagai ganti dari pertambahan waktu yang dihabiskan.
Seorang
pelajar yang belajar dalam bahasa Inggris melewatkan tahap persiapan ini,
tetapi dia akan mempelajari bahasa Inggris sebagai mata kuliah terpisah dalam
program akademis mereka. Satu tahun ajaran dimulai pada 1 September hingga 31
Juni. Masa waktu ini dibagi ke dalam dua semester diselingi istirahat musim
dingin selama dua minggu pada Januari, dan libur panjang dari 1 Juli hingga 31
Agustus. Bagi pelajar asing yang tiba di Ukraina untuk pertama kalinya, tanggal
permulaan akademik mereka tergantung pada pilihan bahasa belajar mereka. Jika
pelajar tersebut belajar dalam bahasa Inggris, maka pelajar itu diharuskan tiba
lebih awal agar mempersiapkan diri untuk kegiatan akademik pada 1 September. Namun,
bagi pelajar yang harus mengikuti program pembelajaran bahasa dizinkan untuk
datang setelahnya, untuk memulai kelas bahasa. Perlu diingat: Jika Anda
melewatkan beberapa kelas Anda harus menggantikannya dengan kelas tambahan.
Gelar Sarjana di Ukraina meliputi 4 tahun ajaran (3 tahun dan 10 bulan) dan
setara dengan 247 SKS; Gelar Magister 2 tahun ajaran (1 tahun dan 10 bulan) dan
setara dengan 120 SKS; Program Doktor dan D.Sc. berlangsung selama 3 tahun
ajaran. Sekolah Persiapan berlangsung 1 tahun ajaran (10 bulan). Setiap minggu
akademik sama dengan 54 jam akademik atau sama dengan 1.5 kredit. Pelajar asing
harus mengikuti aturan dan pedoman yang sama yang mengatur pendidikan tinggi di
Ukraina. Satu-satunya persyaratan tambahan adalah pelajar asing diharuskan
untuk mensahkan ijazah mereka kepada Kementerian Luar Negeri pada saat
kelulusan. Hal ini menegaskan bahwa ijazahnya benar-benar dikeluarkan dari
universitas Ukraina bonafit dan terakreditasi. Kegagalan dalam melakukan
legalisasi ini mungkin membuat ijazah berada di bawah pengawasan ketat, dan
dalam beberapa kasus, ditolak atau dibatalkan ketika diajukan.
Ukraina
memiliki populasi yang padat dari pelajarnya yang mengenyam pendidikan tinggi,
dalam bidang dan spesialisasi berbeda-beda. Di antara populasi ini adalah
komunitas pelajar internasional yang terus berkembang, yang datang ke Ukraina
tiap tahunnya untuk tujuan pendidikan. Sistem pendidikan tinggi di Ukraina
menampung penggabungan pelajar asing, dengan pemberian ijazah yang diakui
secara internasional pada saat kelulusan. Ijazah tersebut kemudian disahkan
oleh Kementerian Luar Negeri, untuk keabsahan. Jika negara asal pelajar membina
hubungan diplomatis bersama Ukraina, pihak negara asal juga membubuhkan cap
konsuler pada ijazah dan transkrip nilai, untuk kebenaran lebih lanjut. Tidak
seperti banyak negara-negara Eropa lainnya, pendidikan tinggi di Ukraina
memiliki perbandingan biaya yang lebih murah. Sebagai sebuah negara berdaulat
muda, Ukraina stabil secara sosial, dengan penerimaan yang hangat bagi pelajar
asing. · Fakultas Sejumlah fakultas utama yang terkemuka di antara pelajar
internasional yang ditawarkan dalam bahasa Ukraina, Inggris dan Rusia adalah: ·
Teknik Penerbangan · Rekayasa Pesawat Terbang · Arsitektur · Akuntansi dan
Audit · Manajemen Pertanian · Perbankan & Keuangan · Elektronika Biomedis ·
Administrasi Bisnis · Teknik Sipil · Teknik Komputer & Perangkat Lunak ·
Ilmu Komputer · Teknik Kimia · Kedokteran Gigi · Teknik Listrik · Perlindungan
Ekologi & Lingkungan · Ekonomi & Pemasaran · Ekonomi & Sibernetika
· Teknologi Pangan · Kedokteran dan Pembedahan · Teknik Listrik Umum ·
Manajemen Hotel & Pariwisata · Teknologi Informasi · Sistem dan Teknologi
Informasi · Teknik Industri · Teknik Medis · Teknik Metalurgi · Teknik Mesin ·
Teknik Kelautan · Mesin Pertambangan dan Kelistrikan · Teknologi Nuklir ·
Keperawatan · Teknik Minyak dan Gas · Farmasi · Sekolah Pilot · Pasca sarjana
dan penelitian · Pengukuran Tanah & Geo-Informatika · Kedokteran Hewan
11.
Islam di Azerbaijan
a. Keadaan Umat Islam
Baku, Ibukota
Azerbaijan merupakan kota metropolis ditepian Laut Kaspia. Meski politik negara
ini menganut sistem sekuler, namun tetap berupaya mempertahankan ke-Islaman
nya. Kehadiran masjid bertebaran di negara ini seperti mudah menemukan masjid
Turki di tengah kota Baku diantara 3 Tower Of Flame yang menjadi ikon
kota Baku.
Sekitar
95% dari total populasi Azerbaijan memeluk agama Islam. Dan diperkirakan 85%
dari muslim disana menganut Syi’ah, karena memang secara geografis bertetangga
langsung dengan Republik Islam Iran, menempatkan Azerbaijan sebagai negara
dengan penganut Syi’ah terbesar kedua di dunia, setelah Iran. Hanya
sekitar 15% muslim disana yang menganut Islam Suni.
Pemerintah Azerbaijan memaparkan peristiwa biadab genosida yang
dilakukan Armenia kepada orang-orang Islam di Kota Khojaly, Azerbaijan.
Paparan ini disampaikan di Press Room DPR RI, Kamis (27/6). Azebaijan,
negeri berpenduduk muslim itu meminta bantuan pemerintah, yaitu dengan
mengakui bahwa yang terjadi di Kota Khojaly adalah genosida. Karena
memang yang kenyataannya adalah genosida. Hal ini untuk mengupayakan
proses penyelesaian kasus ini. “Kami ingin Indonesia mengambil langkah pertama
ke depan untuk mengakui secara resmi genosida di kota Khojaly oleh
Armenia,” kata Dubes Azerbaijan untuk Indonesia, Tamerlan Karayev, pada
diskusi terkait “Genosida Khojali” di ruang wartawan Gedung DPR RI Senayan
Jakarta, Kamis (27/6).
Genosida adalah sebuah pembantaian besar-besaran secara
sistematis terhadap satu suku bangsa atau kelompok dengan maksud
memusnahkan (membuat punah) bangsa tersebut. Genosida Khojaly
adalah pembantaian jumlah besar muslim Azerbaijan di kota Khojaly pada
tanggal 25 Februari 1992 selama Perang Nagorno-Karabakh. Menurut
Azerbaijan, Human Rights Watch dan pengamat Internasional lainnya,
pembantaian dilakukan oleh angkatan bersenjata Armenia dengan bantuan
Regimen Rusia ke-366. Jumlah kematian akibat pembantaian ini adalah
613 penduduk, dengan 106 wanita dan 83 anak-anak.
Diskusi yang diselenggarakan Komisi I DPR RI bersama
Kedubes Azerbaijan tersebut dibuka wakil ketua Komisi I Ramadhan Pohan,
dan menghadirkan pembicara Dubes Azerbaijan Tamerlan Karayev,
anggota Komisi I Muhammad Najib serta pengamat Rizki Ananda Ramadhan.
Tamerlan menegaskan pihaknya berkeinginan agar Indonesia,
sebagai negara muslim terbesar dan sebagai negara tuan rumah dan
pemimpin Konferensi di Palembang Januari 2012 lalu, untuk menjadi
penjamin pelaksanaan resolusi tersebut dan mengambil langkah pertama ke
depan untuk mengakui secara resmi Genosida Khojali.
b. Pendidikan Islam
Menteri Pendidikan Azerbaijan Klaim Dirinya Muslim Taat Beragama, Namun Melarang Jilbab di Sekolah Surat kabar “Ad-Daulah al-Islamiyah” mengutip dari berbagai kantor berita, pada 15/12/2010, tentang pengumuman yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan di Azerbaijan, Mesir Merdanov yang larangan memakai jilbab di sekolah menengah. Menteri ini berkata dalam rangka mempertahankan keputusan larangannya itu:
“Ayat X, pasal XIV yang
berkaitan dengan pendidikan dalam Konstitusi Azerbaijan berisi
kewajiban-kewajiban yang diperlukan (untuk pendidikan). Kami tidak membuang
ajaran agama, Kami semua muslim, hidup dalam kehidupan Islam, serta menjalankan
kewajiban-kewajiban agama. Namun yang diwajibkan atas para siswi sekolah
menengah adalah agar mereka datang ke sekolah dengan berpakaian seragam yang
telah diwjibkan. Dan selesai sekolah, para anak perempuan bebas memakai pakaian
apapun yang mereka inginkan,” kata menteri.
Menurut Kantor
Berita Hizbut Tahrir, penjelasan Menteri Azerbaijan ini sungguk sangat
kontadiktif. Ia mengklaim dirinya sebagai Muslim yang taat beragama, hidup
dalam kehidupan Islam, serta menjalankan kewajiban-kewajiban agama. Namun, pada
saat yang sama, ia mengumumkan bahwa pakaian yang sesuai aturan agama (syar’iy),
yang diwajibkan agama, justru ia larang di sekolah-sekolah, dengan dalih bahwa
Konstitusi Sekuler Azerbaijan, yang bertentangan dengan Islam, mewajibkan yang
demikian. Sehubungan dengan hal tersebut, Rabia Aslanova, Ketua Komisi Hak
Asasi Manusia di Parlemen Azerbaijan menjelaskan: “Pikiran kami tentang masalah
memakai jilbab di sekolah tidak berubah. Sebab sekolah-sekolah di Azerbaijan
semuanya adalah sekolah sekuler. Sehingga tidak mungkin membolehkan pemakaian
jilbab pada sekolah-sekolah menengah di Azerbaijan." "Jilbab yang
berkembang saat ini hanyalah sebuah mode, atau trend yang masih asing di
Azerbaijan. Sehingga itu tidak perlu bagi rakyat Azerbaijan.
Perempuan-perempuan lansia di Azerbaijan, semua menutupi kepala mereka. Namun
penutup kepala yang berkembang di sekolah-sekolah menengah Azerbaijan ini,
benar-benar tidak bisa diterima.” ini,
anggota parlementer sekuler non-Muslim di Azerbaijan, negeri Muslim, yang
mengatakan bahwa jilbab tidak perlu kecuali untuk kaum perempuan lansia, maka
ini merupakan sebuah bentuk pelecehan terhadap agama Allah.
12.
Islam di Georgia
a. Keadaan
Umat Islam
Muslim di Desa Nigvziani Georgia Dilarang Melakukan Shalat di Masjid Presiden Georgia mendesak kepada pemerintahan baru untuk mengintervensi apa yang terjadi desa Nigvziani, menekankan bahwa Georgia adalah negara multi-etnis, yang dikenal sangat toleransi. “Tindakan tersebut bertentangan dengan sejarah tradisional toleransi kita,” kata Presiden Saakashvili. Situasi memanas selama beberapa hari di desa Nigvziani, Lanchkhuti wilayah Georgia. Masalah meletus setelah penduduk setempat melakukan aksi protes untuk melarang migran Muslim dari wilayah Adjara tetangga untuk shalat. Mencoba untuk melarang shalat, penduduk desa, yang didominasi Kristen ortodoks, berkumpul di luar masjid mengatakan mereka tidak akan membiarkan umat Islam shalat di tanah mereka dan mengancam akan ada pertumpahan darah. Imam Muslim Archil Kakhadze mengatakan umat Islam akan tetap mengadakan shalat, karena itu hak sah mereka. Sejumlah besar polisi dikerahkan dan berhasil meredakan situasi pada saat Mufti muslim Georgia Jemal Paksadze tiba untuk bernegosiasi dengan pemerintah setempat.
Menurut
para pemimpin Muslim setempat, jumlah penduduk Muslim di Georgia sekitar satu
juta dari total penduduk 5 juta. Namun, sumber-sumber pemerintah mengatakan
bahwa populasi Muslim hanya berkisar 400.000 hingga 500.000. Mayoritas Muslim
menghuni di kota-kota, dan desa-desa yang berbatasan dengan Turki dan
Azerbaijan, dan berasal dari Turki serta Azeri. Terdapat juga Muslim Georgia
asli, yang baru saja memeluk Islam, namun jumlah mereka hanya berkisar ratusan.
Masjid-masjid
di Georgia beroperasi di bawah pengawasan Departemen Muslim Georgia, yang
didirikan pada Mei 2011. Pada tahun 2010, Turki dan Georgia menandatangani
perjanjian dimana Turki akan menyediakan dana dan keahlian untuk merehabilitasi
tiga masjid dan membangun kembali masjid keempat di Georgia.
b.
Penddidikan
Islam
REPUBLIKA.CO.ID, Semuanya
berubah di Georgia. Negara yang dulu sempat sengsara di bawah kekuasaan Soviet,
kini merasakan kebebasannya. Termasuk kebebasan dalam beragama. Tak
bisa dibendung, Islam berkembang cukup pesat di wilayah ini dalam satu dekade
terakhir. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya perempuan di negara
tersebut yang menggunakan jilbab dan niqab. “Sekarang kita bisa melihat
perempuan yang menggunakan hijab dan bergabung dengan perempuan yang
menggunakan pakaian dengan gaya barat. Mereka tidak dibeda-bedakan dan
bisa hidup bersama,” ujar seorang pengusaha lokal, Ibrahim Mohammadove kepada OnIslam.net.
Tak
hanya itu, muslim di Georgia pun kini bisa dengan mudah mendapatkan
pendidikan agama Islam. Ibrahim menyatakan, kini Alquran yang
telah diterjemahkan ke bahasa Turki dan Rusia sangat mudah didapatkan di
kota-kota besar, misalnya di Tbilisi. Selain itu, semakin banyak pengajian
dan forum pembelajaran Islam dan Alquran yang dilakukan di tempat tersebut,
bentuknya seperti majlis taklim.
Mencari
makanan halal pun kini tidak jadi masalah di Tbilisi. Padahal kota ini sangat
terkenal dengan anggur olahannya yang beragam. Daging halal juga dengan
mudah dijumpai di banyak pusat perbelanjaan besar di kota itu. Produk halal
yang dijual di sana memiliki label yang mudah dikenali yang dilisensi oleh
pemerintah Arab ataupun Persia. Beberapa ratus muslim Georgia berangkat haji ke
Makkah setiap tahunnya. Aktivitas ini bisa saja meningkat bila tidak ada
kendala finansial yang dihadapi oleh sejumlah Muslim di Georgia. Selain
itu, menurut Thamais, seorang muslim Georgia yang mengunjungi tanah suci pada
2009, masih banyak muslim Georgia yang belum paham betul kewajiban
berhaji. “Jangan bandingkan kami dengan muslim yang hidup di negara
muslim. Kami saat ini baru dalam tahap pengenalan akan Islam,” ujarnya.
Dia menambahkan, muslim di Georgia harus melewati jalan yang panjang untuk
meruntuhkan dinding anti-agama yang dibangun oleh Soviet. Hingga kini
tidak ada lagi pelarangan bagi para muslim untuk mengunjungi masjid dan
mempelajari Alquran.
13. Islam di Finlandia
a.
Keadaan
Umat Islam
Terdapat
sekitas 40.000 sampai 45.000 muslim di antara 5,2 juta penduduk Finlandia. Islam
diperkenalkan ke Finlandia oleh Tatar Baltik atau perantau Turki pada akhir
abad ke-19.Tatar Baltik tiba di Finlandia sebagai pedagang dan tentara pada
akhir abad ke-19. Mereka kemudian bergabung dengan masyarakat lainnya.
a. Pendidikan Islam
Sekolah Finlandia Perkenalkan Ajaran Islam Ingin mengajarkan generasi muda tentang Islam, Finlandia telah memperkenalkan buku pelajaran tentang agama Islam dan tradisi Islam di sekolah umum."Cerita-cerita diatur di Finlandia sehingga peristiwa akan memiliki resonansi dengan kehidupan para murid," kata Suaad Onniselka, seorang penulis buku pelajaran, melaporkan kepada kantor berita Ahlul Bayt.Buku baru "Salam – islamin polku (Salam – Jalan Islam), mengajarkan siswa tentang kalender Islam dan tradisi Islam.Buku itu juga mengajarkan anak muda tentang agama-agama lainnya Finlandia dan pentingnya toleransi bagi orang lain.Buku itu menampilkan dua anak-anak Muslim Finlandia, Fatima dan Adam, yang mengunjungi hutan, peternakan nenek, dan memanggang roti gandum."Status Islam sebagai agama minoritas tercermin dalam kenyataan bahwa kisah-kisah itu juga mengajarkan bagaimana mungkinnya untuk hidup bersama dengan orang lain meskipun agama dan adat istiadat yang berbeda," kata Onniselka, yang mengajar agama Islam di tingkat bawah sekolah komprehensif di Vesala di timur Helsinki. Buku ini dirancang untuk kelas sekolah pertama dan kedua. Buku untuk jenjang yang lebih tinggi saat ini sedang disusun.Buku teks Islam telah memenangkan pujian dari murid muda Finlandia."Cerita-cerita yang baik, karena gadis dan anak itu berperilaku baik terhadap satu sama lain," kata bocah 8 tahun, Sami Dirie.Menurut Inas Ahmad, bocah 8 tahun lainnya, gambar dalam buku Islam itu bagus.
Langkah ini muncul di tengah seruan bagi pemerintah Finlandia untuk meluncurkan sebuah program pelatihan bagi imam Muslim."Sangat penting bahwa anggota komunitas Islam-seperti yang lain agama-memiliki ikatan yang kuat kepada masyarakat Finlandia, bahasa dan budaya," kata Uskup Agung Kari Makinen, kepala Gereja Evangelical Lutheran, mayoritas di Finlandia.Dia mengatakan seminar tentang melek agama dan kerjasama antar agama pada hari Rabu bahwa imam yang berasal dari komunitas Islam di Findlandia akan membantu membuat umat Islam Finlandia merasa di rumah.Finlandia sendiri tidak memiliki formula yang siap untuk program pelatihan nasional imam. Negara Eropa lain, Belanda, telah meluncurkan program pada tahun 2006 untuk melatih para imam dalam upaya untuk mempromosikan integrasi Muslim ke dalam masyarakat."Kita harus mendefinisikan kembali tugas seorang imam dan peran lembaga keagamaan ini di dunia sekarang ini," kata Mohamed El-Fatatry, situs muslim populer, muxlim community."Orang-orang saat ini memiliki identitas individu yang kuat dan tidak akan hanya menerima informasi yang diturunkan."
C.
Kesimpulan
Dari singkat pemaparan diatas, dapat
disimpulkan bahwa Kehidupan umat
muslim di negara Eropa beragam seperti halnya pendidikan yang memang kurang
seperti halnya umat muslim di kebanyakan negara eropa. Namun jumlah umat Islam
dan masjid di eropa lumayan banyak, dan tidak sulit bagi umat muslim disana
untuk mencari tempat untuk melakukan Ibadah.
DAFTAR PUSTAKA
Nielsen, Jorgen., Muslim in Western Europe, second
edition.( Edinburgh : Edinburgh University Press, 1995)
Kettani, M. Ali., Minoritas muslim di Dunia dewasa
ini, (Jakarta: rajawali Press 2005)Islam in Netherlands,
diakses tanggal 4 april 2015 dari:http://www.euro-islam.
info/country- profiles /the-netherlands/
dr . M. Saifudin Hakim, MSc., Jejak Islam Di Kota
Rotterdam, Negeri Kincir Angin Belanda, diakses tanggal 7 April 2015
dari : http://muslim.or.id/jejak-islam/jejak-islam-di-kota-
rotterdam-negeri-kincir-angin-belanda.html
Hitti, Philip K. 2010. History Of
The Arab. Diterjemahkan oleh R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi.
Jakarata: PT. Serambi Ilmu Semesta.
Khadhar, Lathifah Ibrahim.2005. Ketika
Barat Memfitnah Islam. Diterjemahkan oleh Abdul Hayyie. Jakarta: Gema
Insani Press.
Mahmudunnasair, Syed.2005. Islam
Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung: PT Remaja Resdakarya.
Yatim, Badri.2010. Sejarah Peradaban
Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada.Suara Media.
2010. Kehadiran Islam Di Wilayah Balkan.
Tersedia http//:www.suaramedia.com/ /islam
di eropa/bosnia/11870-kehadiran-islam-di-wilayah-balkan.html. [online] diakses pada tanggal 13 April 2012.
Wikipedia. 2010. Bosnia dan
Herzegovina.
Tersedia http//:www.wikipedia.org/bosnia-herzegovina.
[online] diakses pada tanggal 8 Mei 2012.
PENDIDIKAN ISLAM DI EROPAH
Oleh:
H. AHMAD AINANI
Makalah Disajikan dalam Diskusi Kelas pada Mata Kuliah
Pendidikan Agama Islam di Luar Negeri
DOSEN PENGAMPU:
Prof. Dr. H. Mahyuddin Barni, M.Ag.
Prof. Dr. H. Mujiburrahman M.A.
Dr.A. Syaifuddin Ahmad
.M.A
Dr. H. Husnul Yaqin, M.Ed.
PROGRAM DOKTOR (S3) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI
BANJARMASIN
2016
[1][1] Perkembangan-islam-di-inggris.html
tersedia di http://lemahbulu.blogspot.com/2011/10/l
Di akses pada tangal 28 oktober 2012
[2][2]
Gilles kepel, ALLAH in thewest pergerakan-pergerakan islam di Amerika dan
Eropa,(Yogyakarta: Jendela 2003) h.159
[4][4]
Gilles kepel, ALLAH in thewest pergerakan-pergerakan islam di Amerika dan
Eropa,(Yogyakarta: Jendela 2003) h.169
[5][5]
Gilles kepel, ALLAH in thewest pergerakan-pergerakan islam di Amerika dan
Eropa,(Yogyakarta: Jendela 2003) h.171
[6][6]
Gilles kepel, ALLAH in thewest pergerakan-pergerakan islam di Amerika dan
Eropa,(Yogyakarta: Jendela 2003) h. 172-174.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar